Merdeka.com - Sudah lebih dari dua pekan dr. John Cook-Jong Lee merawat lelaki itu. Pasiennya nyaris tewas lantaran nekat menyeberangi salah satu batas dua negara paling berbahaya di dunia.
Lelaki itu bermarga Oh (24), asal Korea Utara. Akibat aksinya membelot dan menerobos perbatasan negaranya menuju Korea Selatan pada 13 November lalu, dia menjadi sosok membetot perhatian di akhir 2017.
Tidak banyak yang bisa diceritakan dari sosok Oh. Sebab, keberadaannya dirahasiakan dan dijaga ketat. Satu-satunya orang yang bisa membocorkan sedikit tentang dia adalah Lee. Ruang rawat Oh di Rumah Sakit Universitas Ajou juga dijaga ketat pasukan khusus dan agen mata-mata Korea Selatan.
Menurut Lee, Oh masih trauma berat meski telah berhasil menyeberang. Kondisinya berangsur membaik setelah dibedah buat mengeluarkan enam peluru dilepaskan pasukan penjaga perbatasan Korea Utara. Dia mengatakan, Oh mulai bisa tersenyum dan mau diajak berbincang.
"Dia orang yang baik," kata Lee, dilansir dari laman The Guardian, Sabtu (25/11).
Walau demikian, lanjut Lee, pasien istimewanya itu masih terlihat cemas. Khawatir sewaktu-waktu diculik dan dibawa pulang ke Korea Utara. Makanya Lee berinisiatif memasang bendera Korea Selatan di kamar sang pasien.
Dari penuturan Lee, Oh mengaku dia bergabung menjadi tentara Korea Utara setelah lulus SMU, saat berusia 17 tahun. Model rambutnya pun sampai saat ini masih cepak.
"Saya tanya ke dia kenapa enggak jadi marinir Korea Selatan saja. Dia cuma senyum dan mengatakan enggak mau kembali jadi tentara," ujar Lee.
Kondisi kesehatan Oh, lanjut Lee, sebenarnya cukup buruk. Selain luka-luka terkena tembakan, Oh juga mengidap TBC, Hepatitis B, dan cacingan. Walau demikian, tambah Lee, Oh adalah orang yang kuat.
Lee lantas mengingat kembali saat pertama kali dia berjumpa dengan Oh, melalui kejadian dramatis itu. Menurut Lee, setelah pasukan perbatasan Korea Selatan menyelamatkan Oh, serdadu Korea Utara itu langsung diangkut menggunakan helikopter ke rumah sakit. Saat di udara, paramedis berusaha keras menjaga supaya jantung Oh tetap berdenyut. Mereka sengaja menancapkan jarum khusus ke dada supaya paru-parunya terus bekerja. Setelah tiba di rumah sakit, Lee melakukan dua kali operasi besar buat menyelamatkan nyawa sang pasien. Bahkan mereka harus melakukan transfusi darah sebanyak 12 liter, lebih dari dua kali lipat volume normal. Usus besarnya mendapat tujuh jahitan karena tertembus peluru.
"Dia harus hati-hati kalau makan," ucap Lee.
Lee kini hanya menunggu Oh pulih. Namun, tidak semua luka bisa sembuh. Apalagi jika menyangkut kejiwaan. Sebab menurut dia, Oh mengaku kerap mengalami mimpi buruk saban malam. Dia juga meminta aparat keamanan tidak menginterogasinya terlebih dulu.
Hanya saja seperti layaknya para pembelot, Oh juga harus diperiksa oleh agen intelijen. Kemudian dimasukkan ke kamp khusus para pembelot dan dilatih selama tiga bulan. Setelah itu, mereka akan dibebaskan dan diberi hadiah uang sekitar Rp 87 juta dari pemerintah pusat dan daerah selama setahun, lalu diberi tempat tinggal, pendidikan, dan dilatih mencari kerja.
"Dia enggak akan pergi ke mana-mana. Dia akan tinggal di Korea Selatan, jadi kita enggak perlu galak kepadanya," tutup Lee. [ary]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar