PANGKALPINANG – Mendapatkan pendidikan yang layak tentunya menjadi harapan bagi seluruh peserta didik, tak terkecuali mereka penyandang disabilitas. Keterbatasan fisik bukanlah alasan untuk seseorang bermalas-malasan menggapai cita-citanya.
Hal itu seperti dilakukan lima penyandang tunanetra di Pangkalpinang, Bangka Belitung, yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Ujung Jari yang bertempat di Yayasan Rumah Haji Pangkalpinang.
Rata-rata usia mereka sudah cukup lanjut untuk seorang peserta didik, namun semangat untuk terus belajar tidak pernah habis. Dengan penuh kesabaran seorang guru yang juga tunanetra, tampak semangat mengajar peserta didiknya dalam mengenal huruf braille dari dasar hingga mereka bisa baca-tulis.
Kini mereka mulai bisa membaca dan menulis berkat ketekunan serta kesabaran belajar dalam mengenal huruf braille di Sekolah Ujung Jari Kota Pangkalpinang.
Pendiri Sekolah Ujung Jari, Hary Thalib, mengatakan sekolah yang berdiri sejak 4 bulan lalu ini memang dikhususkan bagi penyandang tunanetra. Sekolah di sini pun gratis, tanpa dipungut biaya. Selama menempuh pendidikan, para peserta didik juga disediakan tempat menginap dengan suasana lingkungan yang masih asri.
"Di lingkungan ini kawasannya masih asri. Cuma untuk pasokan listrik, kita kekurangan PLN, jadi kita menggunakan genset yang terbatas untuk penggunaannya. Kalau siang, kita pakai genset, mulai jam 6. Kemudian akses jalan menuju sini masih jelek. Jadi sangat sulit masyarakat dari Kota Pangkalpinang itu datang ke sini," ujarnya kepada Okezone di Pangkalpinang, Senin 4 Desember 2017.
Guru Sekolah Ujung Jari, Misnawati, menyatakan kalau untuk kesulitan itu tidak ada, cuma dari teman-teman saja. Tergantung dari teman belajarnya bagaimana dan mengajarnya juga biasa-biasa saja.
"Kesulitan enggak ada, tergantung dari teman-teman belajarnya. Kalau kita mengajar teman-teman biasa saja. Masa tiga bulan itu sudah bisa baca-tulis. Insya Allah sudah bisa, cuma belum lancar membacanya," tuturnya yang juga penyandang tunanetra.
Kendati demikian, untuk bisa baca-tulis menjadi perjuangan bagi para penyandang tunanetra. Namun, hal itu bukan mustahil untuk digapai.
Santo (45) misalnya, merasa bersyukur bisa belajar di Sekolah Ujung Jari karena berkat ketekunannya kini bisa baca-tulis, meskipun belum lancar.
"Kita sudah bisa baca-tulis. Kita tahu huruf abjad, huruf hijaiah. Alhamdulillah sudah paham. Sudah bisa menulis dan membaca, walaupun belum lancar benar," ucapnya serasa tersenyum.
Sekadar diketahui, di sekolah ini para pelajar juga dilatih mandiri dengan mengembangkan ternak lele. Maka itu, setiap ada waktu luang mereka menghabiskan waktu memberi makan lele di tambak yang tak jauh dari asrama.
Meskipun belum mendapat banyak dukungan pemerintah daerah, sekolah khusus tunanetra ini diharapkan tetap eksis guna mengentaskan buta aksara.
(han)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar