Kamis, 21 Desember 2017

Kisah Kegigihan Pembatik di Kota Kretek Kudus

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS- Batik. Jika mendengar kata yang satu itu, apa yang ada di pikiran kita langsung menjurus ke Pekalongan atau Solo. Namun, Kudus yang dikenal sebagai Kota Kretek juga memiliki produk batik yang khas.

UMMU Asiyanti (55), perempuan yang tinggal di Desa Gribig RT 5 RW 4, Gebog, Kabupaten Kudus ini memilih meneruskan tradisi membatik di Kota Kretek. Ia memulai usahanya sebagai pengrajin batik sejak tahun 2008 lalu. Saat ini dia sudah memiliki 40 pekerja.

Ummu mengisahkan, awalnya dia menekuni usaha bordir sejak tahun 1992. Seiring berjalannya waktu, Ummu resah karena batik Kudus semakin 'menghilang' di pasarannya.

"Awalnya memang untuk melanggengkan batik Kudus yang agar tidak punah dan akhirnya bisa mendatangkan rezeki dan peluang kerja bagi yang lainnya. Rencana itu datang tidak tiba-tiba tapi sejak 2005," kata Ummu, baru-baru ini.

Kini, Ummu sehari-harinya bersama para pekerjanya membuat berbagai varian batik. Mulai dari batik tulis sampai batik cap. Tak kurang dari 36 motif ia memproduksinya. Uniknya motif yang ia produksi banyak bercerita tentang sesuatu yang khas dengan Kabupaten Kudus. Misalnya Menara Kudus, gerbang pintu masuk Kudus Kota Kretek, Gunung Muria, tembakau,  maupun wayang klitik.

 "Beberapa ikon Kudus, yang tidak bisa ditemukan di daerah lain menjadi ciri khas batik Kudus. Itu menjadi nilai lebih karena tidak bisa ditemui di sentra batik lain," katanya.

Bahkan sejumlah motif yang ia produksi telah mendapatkan hak paten. Hal itu agar kedepannya tidak ada plagiasi karya yang telah ia buat.

Ummu, kini telah sukses dengan batiknya. Berbagai motif dan warna bisa ditemui di galeri yang bersebelahan dengan kediamannya. Harga dari puluhan ribu sampai puluhan juta juga bisa dibeli di galerinya.

"Memang harganya variatif. Tergantung proses pembuatannya. Kalau yang sampai puluhan juta itu memang benar-benar eksklusif dan motifnya sangat detail. Misalnya motif beras kecer. Itu proses pembuatannya bisa sampai empat bulan," katanya.

Katun dan sutra ia pilih sebagai bahan baku untuk media membatik, pilihan corak dan gradasi warna yang sangat mencolok semakin menambah eksotis batik yang ia produksi.

Beberapa kali, ia memamerkan produknya ke khalayak umum. Beberpapa kota besar telah menjadi ajang pamerannya. Terakhir, katanya, batik karyanya didesain oleh desainer kenamaan Deny Wirawan dalam fashion show di Hotel Indonesia Jakarta 28 September 2017. Bahkan pada tahun 2016 batiknya pun dibawa desainer yang sama untuk mengikuti ajang fashion show di New York, Amerika Serikat. (*)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search