Minggu, 10 Desember 2017

Kisah Nenek Kimyati (2): Kasihan Harus Ngesot di Pagar Rumah Kos

TEMPO.CO, Jakarta -Petugas Panti Sosial Bina Insan (PSBI), Kedoya, Dinas Sosial Jakarta memindahkan Kimyati yang berusia 75 tahun ke PSBI Cengkareng, di Jakarta Barat. Panti di Kedoya sudah kelebihan penghuni sehingga ada yang tidur di aula.

Nenek Kimyati yang dipindahkan pada Jumat, 8 Desember 2017 akan tinggal sementara di  PSBI Cengkareng. Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Barat akan mencari panti jompo untuk menjadi tempat tinggal tetap Kimyati yang tidak bisa lagi berjalan.

"Saya berharap Kimyati betah di tempat yang baru dan tidak kembali ke sini. Kasihan tidak ada yang mengurus," kata Lim Em Wing, 67 tahun, adik kandung Kimyati.

Selama setahun, Eming, panggilan Lim, merawat kakaknya di rumah kos di RT 13, RW 12, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.

Eming , istri dan anaknya tinggal di rumah yang tak jauh dari rumah kos tersebut. Menurut Eming, rumahnya sempit sehingga kakaknya yang sempat berpisah selama 40 tahun, tinggal di tempat kos.

Setiap bulan dia mengeluarkan uang Rp 1,1 juta untuk kakaknya membayar kamar kos sebesar Rp 900.000 dan sisanya untuk makan.

Kimyati tinggal di kamar berukuran  2 x 2 meter persegi dengan kamar mandi di dalam tanpa pendingin ruangan.  Cat temboknya berwarna putih dan sudah kumal. Luas kamar mandinya sekitar 2 meter persegi tanpa atap dan tersedia WC jongkok.

Setahun menyewakan tempat, Eming akhirnya tidak sanggup mengurusi kakaknya dari segi tenaga maupun biaya. Bersama ketua rukun tetangga, Eming meminta bantuan Dinas Sosial untuk merawat kakaknya di panti jompo.

"Sebenarnya saya tidak tega melihat kakak tinggal sendirian dip anti," kata Oen Oen Nas, istri Eming menahan tangis.  Apalagi  keluarga tidak diperbolehkan untuk menjenguk.

Ci Dona, panggilan  Oen Oen Nas  mengenang bagaimana Kimyati kerap diajak warga sekitar beribadah di Gereja Anak Shalom, yang letaknya tidak jauh dari kontrakan tempat ia tinggal. Warga sekitar kerap memanggil Kimyati dengan sebutan Ciko.

Elisabeth adalah salah seorang wanita yang kerap menuntun Kimyati menuju gereja untuk beribadah setiap Jumat dan Minggu. Menurut wanita berumur 42 tahun tersebut, tidak banyak yang dilakukan sang nenek di gereja. Kimyati biasanya hanya duduk di bangku sambil mengikuti kegiatan peribadatan yang berlangsung.

Sehari-harinya Elisabeth juga merawat Kimyati, memandikannya pagi dan sore serta membersihkan kotoran dari buang air kecil atau besar. Tidak jarang Elisabeth juga mencucikan pakaian Kimyati.

Menurut Elisabeth tidak mudah mengurusi nenek berusia 75 tahun, terlebih lagi Kimyati tidak bisa jalan dan harus dituntun ke mana-mana. Tak jarang Elisabeth harus membersihkan kotoran dan air pipis Kimyati yang terkadang berceceran di lorong rumah kos.   

Ibu dua anak ini tergerak merawat karena sudah menganggap Kimyati sebagai orang tuanya sendiri.

 "Saya setiap lihat Ciko ingat orang tua sendiri. Orang tua saya kan sudah meninggal," kata Elisabeth yang berasal dari Nusa Tenggara Timur.   

Elisabeth bersyukur mendengar kabar Kimyati dalam kondisi baik di PSBI Kedoya. Ia mengaku sedih karena tidak bisa melihat sang nenek saat digendong petugas masuk ke mobil Suku Dinas Sosial Jakarta Barat. Saat itu Elisabeth sedang menjemput anaknya di sekolah.

Mata Elisabeth berkaca-kaca ketika menceritakan kembali bagaimana dahulu ia kerap membantu kebutuhan sehari-hari Kimyati.

"Meski berat mengurus Ciko, saya sedih dan merasa kehilangan setelah dia pergi. Saya anggap dia sebagai teman dan orang tua saya," katanya.

Monita,  36 tahun yang tinggal tepat di belakang rumah kontrakan  mengatakan Kimyati kerap berteriak minta tolong untuk diambilkan makanan. Terkadang Kimyati juga berteriak minta agar diurusi buang airnya.

"Kadang-kadang pada tengah malam atau subuh, dia suka teriak 'dek tolong dek'," katanya menirukan suara Kimyati. Tetangga yang di belakang dan sekitarnya selalu membawakan nasi atau teh manis

Monita bersyukur karena Kimyati sudah tinggal di panti jompo, Dinas Sosial Jakarta. Menurutnya, panti adalah tempat yang terbaik bagi Kimyati.

"Kasihan di sini tidak ada yang mengurus. Dia juga kadang-kadang ngesot di depan pagar kontrakan.  Kami tidak tega melihatnya," katanya..

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search