Proyek restorasi itu berhasil mengembalikan kayu penyangga yang sudah kusam menjadi kinclong bak kayu baru. Pintu-pintu berukir dipelitur sehingga kembali mengkilat. Pada ambang pintu itu tertera angka-angka yang berbeda sebagai penunjuk tahun pembuatan.
"Mungkin maksud angka yang berbeda itu karena rumah ini tidak dibangun hanya dalam satu waktu. Ada renovasi, penambahan, pintunya ditambahi lagi," kata Doni.
Selain bangunan utama yang memiliki teras sebagai ruang tamu dan ruang tengah sebagai ruang keluarga, ada pula bangunan di samping kanan berlantai dua. Menurut Doni, bangunan tersebut dulunya digunakan sebagai tempat membuat kain di lantai dasar dan tempat jemur di lantai dua.
"Bangsawan dulu kalau butuh kain itu ya dia buat sendiri. Jadi, mereka buat batik di lantai bawah, lalu dijemur di atas," ujarnya.
Kini, bangunan samping itu digunakan sebagai kantor. Selain dua bangunan itu, tak ada lagi bangunan tempat keluarga tidur. Itulah yang menjadi kekurangan dari rumah tenggelam.
"Di belakang ruang tengah itu seharusnya tempat tidur keluarga, tapi sejak direstorasi, bagian itu sudah tidak ada. Jadi, tetap saja bangunan ini enggak sempurna," katanya.
Pekerjaan rumah lainnya adalah mendapatkan kisah lengkap latar belakang Sang Mister, pemilik awal rumah tenggelam itu. Pasalnya, nama Sang Mister belum juga terungkap, termasuk kepastian profesi Mister itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar