jpnn.com, ALEPPO - Mohammad Shawash duduk dengan tenang di depan tokonya di Souk (pasar) al-Jumruk, Kota Tua Aleppo, Syria. Pria 62 tahun itu menanti pembeli taplak meja dagangannya.
Namun, sepanjang hari, hanya satu dua orang yang berlalu-lalang di depan tokonya. Denyut kehidupan di kota yang pernah dinobatkan sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO itu memang belum kembali seperti semula.
''Saya menangis saat kali pertama kembali (ke Aleppo). Saya melihat kehancuran di mana-mana. Toko-toko rusak parah dan jalanan penuh batu dan reruntuhan serta gedung-gedung ambruk,'' ucap Shawash seperti dilansir oleh kantor berita AFP.
Perang di Aleppo berhenti pada Desember tahun lalu saat kota tersebut kembali dikuasai oleh pemerintah Syria. Penduduk mulai kembali ke rumahnya masing-masing, termasuk Shawash yang kembali ke Khan al-Harir, Kota Tua Aleppo.
Lansia yang rambut dan jenggotnya sudah memutih itu tidak mau bersedih terlalu lama. Dia memutuskan kembali berjualan.
Selama berminggu-minggu, Shawash memperbaiki tokonya. Dia juga memperbaiki jalan di depan toko kecilnya agar pembeli nyaman.
Toko itu akhirnya dibuka lima bulan yang lalu. ''Saya memperbaikinya sendiri untuk membuktikan pada dunia bahwa Kota Tua Aleppo masih memiliki jiwa,'' tuturnya.
Sumber : Jawa Pos
Berita Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar