Bek asal Pantai Gading ini mencapai puncak kejayaan karirnya saat masih bermain bagi Arsenal. Ia memperkuat klub asal London tersebut dari tahun 2004 hingga 2011.
Ia juga sempat bermain di final Liga Champions tahun 2006 melawan Barcelona. Setelah itu ia pindah ke untuk memperkuat raksasa Turki Galatasaray hingga tahun 2016. Saat itu, ia memiliki duit jutaan Euro. Ia memiliki rumah yang besar dan megah, serta barisan mobil-mobil mewah.
Sekarang bek 34 tahun ini harus menghabiskan hari-harinya bersembunyi dari petugas pengadilan. Kadang-kadang ia terpaksa tidur di lantai rumah seorang temannya, berpergian dengan bus dan bahkan membersihkan pakaiannya dengan tangannya sendiri seperti jaman jadul karena ia bahkan tidak memiliki mesin cuci.
Kisah kelam Eboue sendiri dimulai sejak lama, bahkan saat masih memperkuat Arsenal. Ia terlilit hutang dengan agennya sendiri Sebastien Boisseau dan tak bisa melunasinya. Hal itu membuatnya disanksi main bola selama 12 bulan oleh FIFA. Hal itu pula yang membuatnya gagal bermain bagi Sunderland di tahun 2016 setelah kontraknya dengan Galatasaray berakhir.
Setelah sanksi itu berakhir, Eboue hampir memperkuat klub asal Siprus Utara, Turk Ocagi Limassol pada September 2017. Akan tetapi ia gagal memperkuat klub tersebut karena tak lolos dalam tes medis.
Ia pun harus bercerai dengan istrinya, Aurelie. Akibat perceraian itu, Eboue harus menyerahkan semua aset hartanya kepada sang istri. Ia juga tak bisa berkomunikasi dengan ketiga buah hatinya sejak bulan Juni lalu. Ia juga harus bersembunyi dari polisi dan petugas pengadilan setelah mendapatkan perintah dari hakim untuk menyerahkan sisa hartanya yakni rumahnya di Enfield, London Utara, kepada Aurelie.
Emmanuel Eboue dan istrinya Aurelie.
(c) afp
Eboue dan keluarganya sebelumnya tinggal di rumah tersebut sebelum akhirnya membeli sebuah mansion. Mansion itu sendiri kini sudah dijual oleh Aurelie. Sekarang ia hanya bertahan di rumahnya di Enfield tersebut yang tak memiliki perabotan.
Eboue, yang semua hartanya kini berada dalam sebuah tas saja, terus menunggu dengan cemas, kapan polisi dan pihak pengadilan akan mengetuk pintu rumahnya untuk memintanya agar segera menyerahkan rumah tersebut pada sang istri. "Saya ingin Tuhan membantu saya. Hanya Tuhan yang bisa membantu mengambil pikiran ini dari benak saya," bukanya saat diwawancara The Mirror.
"Saya tidak mampu membayar uang untuk terus memiliki pengacara. Saya di rumah tapi saya takut, karena saya tidak tahu jam berapa polisi akan datang. Terkadang saya mematikan lampu karena saya tidak ingin orang tahu bahwa saya ada di dalam. Saya meletakkan semuanya di balik pintu," tuturnya.
"Rumah saya sendiri. Saya menderita untuk membeli rumah saya ini tapi sekarang saya ketakutan. Saya tidak akan menjual pakaian-pakaian saya atau menjual apapun yang saya miliki. Saya akan berjuang sampai akhir karena ini tidak adil," seru Eboue.
Pria berusia 34 tahun ini juga mengungkapkan bahwa ia bisa terlilit masalah dan kini bangkrut karena tak bisa mengatur keuangannya sendiri. Ia juga tak pernah diajari untuk melakukan hal tersebut. Ia mengaku bahwa keuangannya diatur oleh istrinya. Selain itu Eboue juga mengungkapkan ia dikelilingi oleh serangkaian orang yang memberi nasihat buruk dan membuatnya kehilangan uang dalam jumlah yang sangat besar.
Eboue juga mengingat saat-saat di mana ada pegawai bank yang mengunjunginya di tempat latihan Arsenal. Saat itu ia diminta untuk menandatangani sejumlah dokumen tanpa tahu jelas apa isinya. Ia pun berharap anak-anak muda lainnya, khususnya dari Afrika, belajar dari kesalahannya tersebut.
Emmanuel Eboue
(c) Phillip Coburn/Daily Mirror
"Saya melihat ke belakang dan berkata 'Emmanuel, Anda telah bersikap naif... mengapa Anda tidak memikirkannya sebelumnya?' Ini sulit," keluhnya.
"Sangat, sangat sulit. Uang yang saya dapatkan, saya kirimkan ke istri saya untuk anak-anak kami. Di Turki saya mendapatkan delapan juta euro. Saya mengirim tujuh juta ke rumah. Apa pun yang ia katakan untuk saya tanda tangani, saya lansung menekennya," beber Eboue.
"Ia adalah istri saya. Masalah dengan FIFA terjadi karena orang-orang yang menasihati saya. Orang-orang yang seharusnya peduli. Tapi karena mereka FIFA menjatuhkan sanksi pada saya," ketusnya.
Kini, kemana-mana Eboue harus berpergian dengan transportasi umum. Ia kadang menginap di rumah seorang temannya bernama Yasmin Razak. Ia mengaku sering tidur di lantai ruang keluarga Yasmin agar tidak menganggu anak-anaknya.
Seperti disinggung sebelumnya, Eboue kini tak punya apa-apa lagi di rumahnya, bahkan mesin cuci sekalipun. Namun demikian ia mengaku tak akan menyerah dengan keadaan.
"Setiap hari saya mencuci celana jins, pakaian-pakaian saya, semuanya. Tangan saya (menjadi) keras. Seolah saya telah bekerja di sebuah peternakan. Saya berterima kasih pada nenek saya karena ia mengajari saya untuk mencuci, memasak, bersih-bersih, semuanya saat masih muda," ujarnya.
"Saya terus bersyukur kepada Tuhan. Saya memiliki hidup saya. Saya tidak ingin apa yang telah terjadi. Saya tidak menginginkannya terjadi pada siapa pun," tegas Eboue. (mir/dim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar