Senin, 11 Desember 2017

Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara Tanamkan Semangat Kebangsaan Lewat Kisah Cak Durasim

SURYA.co.id | SURABAYA - Siapa bilang pentas ludruk tidak cocok buat anak-anak, terutama anak usia sekolah dasar?

Pertunjukan seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara di gedung kesenian THR Surabaya, Kamis (14/12) akan jadi pembuktian tekad tersebut.

Sekitar 300 murid dari SDN Kedungdoro, SDN Pakis 3, dan SDN Gunung Anyar Tambak dijadwalkan menyaksikan pentas ludruk berjudul Cak Durasim Sang Pahlawan.

"Memang perlu penyesuaian cerita agar mudah dicerna anak-anak," ungkap Meimura yang menuliskan skenario serta bertindak selaku sutradara dalam pementasan itu.

Menurut Meimura, Murgiati yang tampil membawakan Tari Remo sebagai pembuka dan kidungan pun menyesuaikan isi kidungannya sehingga pas buat anak-anak. Namun, Meimura menepis bahwa pertunjukan ludruk selama ini identik dengan celetukan bernuansa pornografi sehingga tidak layak disaksikan anak-anak.

"Aroma porno itu muncul ketika ludruk berkolaborasi dengan dunia usaha. Ludruk itu aslinya tidak seperti itu, semangatnya adalah patriotisme dan nasionalisme," ujarnya.

Yang juga menarik, adalah tampilnya dua seniman ludruk usia anak-anak di pertunjukan berdurasi sekitar 1,5 jam itu. mereka adalah Panji yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP, dan Gibran, murid kelas 4 SD.

"Mereka akan memerankan sosok Cak Durasim anak-anak," imbuh Meimura.

Sekretaris Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara ini mengungkapkan pula, bahwa hadirnya anak-anak SD ini berkat dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui programnya Nonton Bareng Kesenian Rakyat.

"Jadi Kemendikbud memborong semua tiket masuk untuk anak-anak ini sekaligus menyediakan bus buat angkutannya sampai ke lokasi THR," katanya.

Meimura berharap langkah Kemendikbuk ini bisa ditindaklanjuti oleh Pemkot Surabaya. "Jika Pemkot mau menghadirkan anak-anak SD se-Kota Surabaya tentu keren dan luar biasa. Aktivitas kesenian di kota ini pasti kembali bergairah," begitu harapnya.

Cerita 'Cak Durasim Sang Pahlawan' ini mengangkat kisah kepahlawanan seniman ludruk di masa penjajahan Jepang.

"Dia kan jadi incaran tentara Jepang karena kidungannya 'pegupon omahe doro, dijajah Nippon tambah soro'. Akibat kidungan itu Jepang jadi marah," urainya.

Kisah Cak Durasim ini diharapkan Meimura bisa kembali menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan anak-anak. "Keinginan saya semoga ini dapat jadi transformasi kebangsaan bagi anak-anak," cetusnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search