Sabtu, 27 Januari 2018

KabarIndonesia

Aku melupakan banyak hal tentang kisah masa laluku. Tentang pilihan hidup yang tidak pernah aku pilih. Tentang nada penyalahan yang tidak luput dari pilihan mereka. Bertahun-tahun yang lalu, aku hanyalah seorang gadis yang bodoh dan naif, bahkan hanya bisa membayangkan impian-impian besar tentang masa depan cerah.

Betapa bodohnya aku. Betapa sia-sia masa remajaku. Atau kehidupan SMA yang dikatakan banyak orang sebagai puncak kebahagiaan seorang remaja. Sayangnya tidak berlaku padaku.  Salah seorang temanku, biasa dipanggil biduan. "Ah... masa-masa SMA ini memang terlalu. Seperti yang selalu dikatakan Abang Rhoma. T-E-R-L-A-L-U." Sekarang mengerti, bukan? Si Biduan memang penyanyi yang handal. Yang beberapa kali aku lihat di Televisi duet dengan pedangdut kondang, Rhoma Irama.  "Hidup ini sangat berirama. Seirama suara Abang Rhoma." Ucapnya pada Rhoma Irama yang hanya dibalas deheman. Garing. 

Yang aku tahu dalam kehidupan remajaku adalah; Ah, bosan.  Entah kenapa berjalan seperti itu-itu saja.  Tapi kemudian, saat teman-temanku mulai maju, mulai melangkah di depanku. Aku sadar. Lalu, aku harus bagaimana? Seorang gadis yang ingin berubah, yang baru sadar jika kehidupan amatlah berharga. Lalu, kemana saja dia selama 16 tahun kehidupanya! Bagaimana masa kanak-kanakku dulu? Bagaimana hari pertama aku masuk ke sekolah? Atau bagaimana perasaanku saat bertemu pemuda yang aku naksir?  Plonk.  Sepertinya aku tidak pernah menjalaninya. Tidak! Aku melupakanya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Kemana saja aku selama ini?  Kesimpulanya, hidupku sia-sia.  Dan setelah masa-masa SMA ini berakhir. Aku akan melanjutkan kisah kesia-siaanku yang tidak berarti lagi. 

Jadi, aku suka menggambar. Ya, dan hal itu membuat teman-temanku memanfaatkan bakatku sebagai calon, er, animator? Entahlah. Tentu saja. Ketika pelajaran seni budaya dimulai, aku akan menerima banyak orderan, sampai-sampai gambarku hanya berbentuk selembar kertas kosong tanpa sebuah goresan berarti.  Itu terjadi saat aku masih SMP.  Kemudian aku mulai melupakan bakat sialanku itu, beralih pada dunia kepenulisan. Bye-bye Doraemon, Sinchan, Spongebob, dan sebangsa kartun kesukaanku. Aku mulai berhenti menggambar tokoh-tokoh kartun idolaku.

Dunia kepenulisan ternyata tidak cukup buruk. Bahkan dapat menghilangkan sedikit rasa bosanku, yang aku pernah yakini tidak akan pernah berakhir. Aku selalu menyempatkan untuk menulis, setidaknya satu halaman setiap malamnya. Dan itu berhasil. Ya, aku berhasil untuk mengetik lebih cepat dengan latah, jari dua-dua. Setidaknya aku memiliki rasa suka pada dunia kepenulisan ini.  Dan kukira masa-masa kebosananku akan berakhir di titik ini. Titik dimana aku menyambungkan garis membentuk rasi bintang keberuntunganku.
***

Ternyata untuk ke sekian kalinya, aku gagal. Aku mulai marah pada diriku sendiri, mengutuk keadaanku di dunia yang ditinggalkan kesempatan, saat itu aku berpikir bahwa kesempatan tidak mungkin dapat kukejar. Seperti sebuah kemustahilan yang dapat diibaratkan sebagai matahari yang mengelilingi Bumi. Mungkinkah?  Aku gagal untuk ke sekian kalinya.(*) </span>

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search