Sudah 15 tahun ibu dua anak ini menggeluti bisnis ekspor kayu. Sebenarnya perjalanan karier Uci dimulai dari bekerja sebagai pialang sampai akhirnya seorang teman mengajak dia untuk berbisnis kayu.
![]() |
Sempat bekerja untuk orang lain, perempuan asal Surabaya ini memberanikan diri untuk berwirausaha ekspor kayu. Berbekal jejaring yang dibangun saat menimba ilmu di Taiwan dan Malaysia, Uci perlahan tapi pasti membangun bisnisnya.
Buyers dari China menjadi fokus perusahaan Uci karena pangsa pasarnya yang besar dan menjanjikan. Jenis kayu yang diekspor di antaranya sonokeling, kerikis, dan nangka-nangka.
Dalam perjalanannya, tak dimungkiri oleh Uci, ada saja tantangan yang menghadang. Pada dua-tiga tahun pertama, sempat ia ditipu berulangkali oleh konsumennya sendiri.
![]() |
Belum lagi sosoknya sebagai perempuan kerap dipandang sebelah mata oleh klien yang rata-rata adalah para pria. "Di mata orang asing, perempuan kan dianggapnya nggak bisa kerja. Banyak klien yang sempat menganggap saya remeh," ujar Uci saat ditemui Wolipop di Kempinski Hotel Indonesia baru-baru ini.
Di samping itu, statusnya sebagai seorang ibu tunggal (single parent) membuat perjalanan karier Uci semakin menantang lagi.
Namun, tantangan tersebut justru memotivasinya untuk menjadi perempuan pengusaha yang lebih baik. Dalam berkarier, Uci memegang prinsip "Jangan pernah menyerah. Masalah akan selalu ada, begitu pula solusinya". Karakter sabar dan berserah pada Tuhan turut dipegang teguh olehnya.
Kerja keras tak pernah mengkhianati hasil. Dengan pantang menyerah, Uci sukses membangun bisnisnya. Berawal dari tujuh karyawaan, perusahaannya kini berkembang dengan jumlah karyawan yang mencapai ratusan. Dulu hanya bisa menyewa lahan untuk pabrik, sekarang pabrik Uci sudah berdiri di lahan sendiri di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur.
Kesuksesan itu menjadi bukti bahwa perempuan yang juga seorang single parent mampu melakukan segala sesuatu. Tanpa terkecuali berkecimpung di dunia yang didominasi kaum pria. "Sempat ada klien yang bilang bilang, 'Kamu tuh melebihi laki-laki'," ujar Uci menirukan kata kliennya.
![]() |
Sering berinteraksi dengan para pria di sisi lain 'menjauhkan' Uci dari kepribadiannya sebagai perempuan yang senang bersolek. Ia butuh sebuah wadah untuk mengekspresikan diri sebagai perempuan seutuhnya.
Sukses merintis bisnis kayu, ia pun terjun ke dunia hiburan. Pada 2017, ia memproduseri film 'Perfect Dream' yang dibintangi oleh Wulan Guritno, Ferry Salim, dan Olga Lydia.
Bergaul bersama para selebriti memungkinkan Uci untuk tampil penuh gaya. Salah satu fashion item andalannya adalah tas Hermes. Ia bahkan mengoleksi tas yang harganya bisa mencapai puluhan miliaran rupiah itu. "Jumlah koleksiku sekarang hampir 100 tas Hermes. Mulai dari Birkin, Constance, sampai Kelly," ungkap perempuan yang lebih senang disebut sebagai pengusaha ketimbang sosialita itu.
Dalam melakoni hidup, Uci sebisa mungkin mengatur segala aspek kehidupannya seimbang. Tak hanya jasmani dengan melakukan yoga secara rutin, tapi juga rohani.
Sebagai bentuk ungkapan syukurnya kepada Tuhan, ia juga terlibat aktif dalam kegiatan persekutuan doa. Selain merilis album rohani yang dibagikan secara gratis, ia juga rutin melakukan kegiatan sosial di daerah kumuh. (dtg/dtg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar