RMOL. Setelah mengikuti Boarding School for Kids (Short Course in Holiday for Indonesian Leaners) selama sepekan, sebanyak 17 peserta Tahfiz Quran Tematik mengikuti acara Munaqosyah di Rumah Quran "Giat", Depok, kemarin (Minggu, 31/12).
Ke-17 santri/santriwati tersebut diuji hafalannya oleh penguji dan para orang tua sekaligus.Para orang tua tampak menitikkan air mata terharu setelah menyaksikan anak-anak mereka melafalkan ayat Alquran di luar kepala. Kekaguman para orang tua semakin bertambah karena anak-anak tersebut juga menyebutkan terjemahan, pemahaman, termasuk nomor ayat yang ditanyakan. Hafalan Alquran ini terkait dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Yunus, Nabi Zakaria, dan Maryam.
Suasana bertambah haru ketika ke-17 santri/santriwati tersebut menyematkan mahkota kepada orang tua mereka. Bahkan dalam acara Munaqasyah dengan tema Mahkota Surga untuk Ibu dan Ayah tersebut, tak sedikit dari mereka sampai menangis terisak-isak saat memeluk orang tua sebagai ungkapan terima kasih, cinta, dan kasih sayang.
"Karena Bapak/Ibu sudah berjuang, sudah berusaha menitipkan putra/putri Bapak/Ibu disini, sekarang giliran bapak/ibu yang akan menerima persembahan mahkota dari putra/putri Bapak/Ibu sekalian. Akan saya panggil satu per satu. Nanti ananda akan menyematkan mahkota kepada orangtuanya," jelas Penggagas TQT Lailatul Fithriyyah Azzakiyah yang memimpin langsung acara tersebut Munaqasyah tersebut sebelum memulai prosesi penyematan mahkota.
Penyematan mahkota secara simbolik, kata dia menjelaskan, karena dalam Hadist Nabi disebutkan siapa yang menghafal Alquran, mengkaji, dan mengamalkan, Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orangtuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari.
Dalam kesempatan tersebut, pengasuh Yayasan Bait Al-Hikmah Malang ini juga berbagi pengalaman dan inspirasi kepada para wali santri yang hadir tentang penting dan manfaat menanamkan cinta Alquran kepada anak-anak sejak dini.
"Saya sudah pergi ke beberapa negara, meskipun saya bukan diplomat. Mungkin ini berkah dari Alquran. Dari kecil ibu (saya) sudah menanamkan kalau kami mau belajar agama, kami perdalam Alquran, Insya Allah ilmu dunia akan mengikuti. Nilai-nilai ini sudah sejak kecil ditanamkan," katanya dengan penuh semangat.
Nashihatud menjelaskan selama sepekan ini sejak subuh sampai jam 21.00 WIB waktu para santri benar-benar diisi dengan kegiatan yang berkaitan dengan hafalan Alquran. Para santri tidak hanya menghafal di dalam ruangan, juga mengikuti outbound dan outing antara lain ke Lembah Gurame, Masjid Kubah Mas, dan kampus Universitas Indonesia.
"Kita juga pakai metode hafalan terjemahan Quran dengan lagu. Jadi anak-anak tidak sadar menyanyi, padahal sambil menghafal kisah-kisah yang ada dalam Alquran. Dalam TQT ini, ada tiga kisah. Yaitu, Yunus, Zakaria, dan Maryam," jelasnya.
Selain memiliki Program Rumah Quran 'GIAT', pihaknya juga mengasuh Rumah Baca 'SMART'. Rumah Baca 'SMART' ini untuk program PAUD pada pagi hari yang dikelola secara profesional. "Program GIAT sore khusus untuk pelajaran agama, mengaji. Ini tidak dikenakan biaya. Jadi subsidi silang dari program SMART," tandasnya.
Subsidi silang juga diterapkan dalam pelaksanaan Boarding School for Kids dengan menggunakan metode TQT ini. Sebanyak tujuh dari 17 anak tersebut tidak dipungut biaya alias gratis selama mengikuti kegiatan selama sepekan tersebut.
Pembina Rumah Baca Quran "GIAT", Jihadul Mubarok, menambahkan untuk Jabodetabek, ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan program Tahfiz Quran menggunakan metode TQT. Suami Nashihatud Diniyah Jahro ini menjelaskan, sebelumnya baru diterapkan di Malang dan Lamongan.
"Kita akan buat berkelanjutan. Tidak hanya untuk program liburan, insya Allah juga akan buka program regular dan juga in house training khusus di sekolah. Nanti pesertanya dari sekolah itu saja," jelas Direktur Averroes Institute, yang membawahi program Rumah Baca dan Rumah Quran tersebut. Averroes Institute sendiri selama ini konsen terhadap kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Salah seorang wali santri, Delimawati Nasution, mengapresiasi program TQT tersebut. Orang tua Quwwatul Amani Siregar ini bersyukur anaknya mengikuti sampai selesai hingga bisa menghafal dan menerjemakan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan kisah Yunus, Zakaria, dan Maryam. Karena dia mengaku anaknya sempat akan batal untuk mengikuti program tersebut. Sebab, anaknya minta dikunjungi setiap hari.
"Memang Amani baru delapan tahun, sementara program ini untuk anak 10 sampai 15 tahun. Tapi syukurlah, setelah dibujuk, akhirnya bersedia. Saya semakin senang karena Amani menjadi juara III. Program liburan menjadi bermanfaat. Terima kasih untuk para pengasuh. Program TQT bagus banget," kata warga Gunung Sindur, Bogor ini, yang pada saat naik ke panggung menerima mahkota dari anaknya turut menitikkan air mata.[zul]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar