TRIBUNMANADO.CO.ID - Korea Utara memiliki pemandu sorak untuk meramaikan acara-acara olahraga yang disebut sebagai Army of Beauties.
Mereka terakhir diperlihatkan pada olimpiade Winter Olympic ke-23 di Korea Selatan pada 9-25 Februari 2018.
Army of Beauties tampil dengan nyanyian dan gerakan-gerakan yang tercipta secara kompak.
Namun di balik riuh keceriaan yang mereka tontonkan, menyimpan cerita tersendiri yang kelam.
Dilansir dari New York Post, Jumat (23/2/2018), tidak hanya sebagai pemandu sorak, mereka sekaligus dijadikan budak seks.
Lee So Yeon (42), seorang pembelot (dulu: musisi militer) yang melarikan diri dari Korea Utara pada 2008 memberikan beberapa kesaksian.
Dia mengungkapkan, selama perjalanan ke Olimpiade, mereka pasti dipaksa melakukan hubungan seksual dengan pemimpin partai.
"Mereka pergi ke acara pesta Politbiro pusat, dan harus tidur dengan orang-orang di sana, bahkan jika mereka tidak menginginkannya," kata Yeon.
"Pelanggaran hak asasi manusia semacam itu terjadi, di mana wanita harus mengikuti segala yang diperintahkan," tambahnya.
Para pemandu sorak yang cantik itu tunduk pada sistem ekstrem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar