Merdeka.com - Kematian tragis satwa primata Orangutan Kalimantan Timur (Pongo Pygmaeus Morio) kembali terjadi. Orangutan ditemukan mati jadi dengan 130 peluru dan 19 luka menganga menyita perhatian publik, tanpa terkecuali media internasional.
Proses evakuasi Orangutan nahas itu sendiri berlangsung dramatis, hingga akhirnya mati. Minggu (4/2) lalu, petugas Call Centre Balai TNK menerima laporan warga soal 1 individu Orangutan, terjebak di danau di Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, yang dikelilingi kebun sawit dan kebun lain milik masyarakat.
"Setelah dicek, memang benar ada Orangutan bertengger di danau," kata Kasi Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Dede Nur Hidayat, kepada media, dalam keterangan pers di kantor BKSDA Kaltim, Jalan Teuku Umar, Samarinda, Kamis (8/2).
Di tengah pemantauan, tim Balai TNK dan lainnya menyusun skenario evakuasi. Mengingat, kawasan itu masuk habitat ganas buaya muara. "Kita putuskan proses evakuasi dilakukan Senin (5/2), dari jam 8 sampai 12 siang," ujar Dede.
Dede menerangkan, Orangutan malang itu dalam kondisi memprihatinkan. Dari fisiknya, terlihat beberapa luka. Yang menyedihkan, kedua mata terlihat bernanah. Lantaran posisi Orangutan itu berada di kolam, proses evakuasi dilakukan bersama masyarakat dan Polres Kutai Timur.
"Kita gunakan rakit bambu. Di tepi danau, kita sediakan kandang transit. Kita sudah koordinasi dengan banyak pihak soal evakuasi ini. Karena, Orangutan ini kondisi sakit dan ada luka. Kita coba treatment, memberikan buah-buahan. Memang cukup lahap. Karena 1-2 hari diperkirakan tidak dapat makanan jadi. Jadi cukup lahap," tambahnya.
Usai masuk kandang, Orangutan itu kemudian dibawa ke kantor Balai TNK di kota Bontang. Kesehatannya, terus dipantau dari siang hingga malam hari. Hingga akhirnya, ada 7 orang tim Centre of Orangutan Protection (COP) datang ke Balai TNK.
"COP datang jam 12.45 dini hari ke balai, langsung cek kondisi Orangutan. Terlihat, sedang tidur, tapi akhirnya terbangun. Tidak ingin ambil risiko, segera diputuskan dan diambil tindakan medis," ungkap Dede.
Segala sesuatu dipersiapkan untuk tindakan medis. Dari Balai TNK, perawatan Orangutan itu akhirnya diserahkan ke COP. "Dari jam 1 pagi Selasa (6/2) dini hari, hingga akhirnya jam 1.55 Orangutan itu dinyatakan mati dokter hewan. Kita minta dilakukan autopsi dan rontgen," sebut Dede lagi.
Sementara, Direktur Centre of Orangutan Protection Hardi Baktiantoro menjelaskan, Orangutan itu terlihat memang buta dan dibuktikan tidak ada respons dari rangsangan gerak. "Kesimpulannya, gangguan penglihatan, dan kondisi lemah sekali karena luka bacokan juha sudah banyak sekali," kata Hardi.
Temuan 130 butir peluru, yang di antaranya 74 peluru bersarang di kepala dan 17 di dada, membuat pilu. "Bisa dibayangkan Orangutan itu sangat kesakitan. Hidup dengan 74 peluru di kepala. Jadi kesimpulan akhir, Orangutan itu trauma banyak tempat di dada dan kepala. Mati akibat trauma berat secara fisik, dan kesulitan bernapas," jelas Hardi. [lia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar