Minggu, 11 Februari 2018

Kisah Ibu Murah Hati Korban Tanjakan Emen

KABAR duka itu sampai ke Umar Maya (67), Sabtu 10 Februari 2018, pukul 20.00 WIB. Melalui sambungan telefon, salah satu anaknya mengabari Martiningsih (35), menantu Umar kecelakaan di Tanjakan Emen, Kabupaten Subang. Ningsih menjadi salah satu korban penumpang bus pariwisata yang terguling.

Keyakinan Ningsih turut kecelakaan diperkuat saat pihak keluarga tak bisa menghubungi telefon genggamnya. Suami Ningsih yang juga anak kandung Umar, Idham Firmansyah (38), bersama saudaranya bergegegas menuju Subang guna mengecek informasi itu.

"Pukul 20.00 WIB langsung berangkat," kata Umar saat ditemui di rumah duka, Jalan Sapphir, Perumahan Permata Mansion, RT 2 R1 11, Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Minggu 11 Februari 2018. Dia tak bisa menemani rombongan keluarganya karena masih bekerja. Umar mengaku sulit memejamkan mata karena informasi itu.

"Sampai pukul 00.00 WIB baru ketemu (teridentifikasi)," ujarnya. Petugas memastikan Ningsih meninggal dalam kejadian nahas tersebut. Kesedihan menyergap keluarga Umar. Dia mengenang Ningsih sebagai menantu yang dekat dengan mertuanya. "Kaya anak sendiri," ujar Umar sembari sesekali menyeka air mata. 

Pertemuan terakhir Umar dengan korban terjadi sebulan yang lalu. Korban bersama suaminya datang ke rumah Umar di Balaraja, Tangerang. Saat itu, Umar tengah berduka karena ibundanya tutup usia. Tak ada tanda-tanda yang dirasakan Umar ketika menantu dan anaknya datang.

"Ya biasa, ngobrol," tuturnya. Tak hanya kepada mertua, budi pekerti yang baik ditunjukan korban kepada keluarga suami. Korban tak segan menyisihkan uang untuk dibagikan kepada para keponakannya. "Orangnya enggak pelit, enggak itungan," ujarnya.

Murah hati

Kebaikan korban juga dirasakan bibi-bibi dari keluarga suami. Ningsih juga dikenal aktif dalam pengajian di lingkungan rumahnya.

Sejumlah tetangga yang melayat bercerita tentang aktivitas ibu satu anak yang rajin mengaji itu. Istri Umar, Zubaedah, membenarkan hal itu. Kepada Zubaedah, tetangga menantunya sempat bercerita saat pertemuan terakhir dengan korban dalam pengajian.

"Kelihatan tambah cantik waktu ngaji," ujar Zubaedah menirukan pernyataan tetangganya. Rupanya, pujian itu menjadi pertanda Ningsih berpulang lebih cepat. Di hari kejadian, Zubaedah merasakan pula perubahan pada kondisi badannya. Tiba-tiba saja dia merasa lemas. Hingga akhirnya kabar duka tersebut sampai kepadanya.

Kebiasan lain korban yang lekat dalam ingatan Zubaedah adalah saat berkunjung ke rumah mertua. "Suka bawa apa saja, enggak pernah (datang) lenggang kangkung," ujarnya.

Ningsih kerap membawa kue bolu, lapis legit yang dibagikan untuk keluarga suaminya. Saat pertemuan terakhir sebulan lalu, korban sempat mengeluhkan sakit di bagian perut. Kepergian perempuan asal Boyolali, Jawa Tengah, tersebut menyisakan kesedihan keluarga dan tetangga. Sejumlah tetangga tak henti melayat ke kediaman korban.

Tinggalkan satu anak

Korban meninggakan seorang putra berusia 12 tahun yang masih duduk di kelas VI SD. Korban meninggal bersama sepupu dan uwaknya yang ikut dalam rombongan penumpang bus.

Ningsih diduga ikut rombongan setelah diajak kerabatnya tersebut. Hingga Minggu siang, jasad korban selesai disalatkan di masjid dekat rumahnya. Ningsih pun dikebumikan bersama para korban lainnya di pemakaman Taman Legoso, Ciputat, Tangerang Selatan.

Seperti diketahui, bus pariwisata Premium Passio bernomor polisi F 7959 AA mengalami kecelakaan di Tanjakan Emen, Kampung Cicenang, Desa/Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu 10 Februari 2018 pukul 17.00 WIB. Bus yang berisi rombongan wisatawan dari Koperasi Permata Ciputat itu terguling selepas mengunjungi Gunung Tangkubanparahu. Saat pulang, bus kehilangan kendali dan menabrak sepeda motor hingga terguling di kawasan Tanjakan Emen.***

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search