Kamis, 08 Februari 2018

Kisah Para 'Rambo' Jakarta

Karnilah, kini 65 tahun, seorang tukang becak di Indramayu, Jawa Barat, masih ingat dengan jelas pembersihan becak dari Jakarta waktu itu. "Saya pernah diuber-uber sampai ke gang-gang di Jakarta waktu itu," kata Karnilah ketika ditemui detikX di kawasan Pasar Mambo, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Lemahabang, Indramayu, 31 Januari 2018.

Pria asal Karang Ampel, Indramayu, ini sejak 1978 mengayuh becak di Jakarta. Dia biasa mangkal di depan Sarinah, Jakarta Pusat. Tapi pada 1980-an, pelarangan operasi becak diberlakukan. Sampai pada pengujung 1980-an itulah, Karnilah memutuskan pulang ke kampungnya di Indramayu. "Saya capek diuber-uber terus sama aparat. Becak saya disita," ujar Karnilah.

Hal yang sama dialami Jamhuri, penarik becak asal Klayan, Cirebon, Jawa Barat. Dia sempat malang melintang menarik becak di kawasan Kebantenan, Semper, Jakarta Utara, pada 1984-1989. Karena sering dikejar-kejar aparat keamanan (polisi dan Satpol PP), Jamhuri pun sepi penumpang.

Akhirnya Jamhuri bersama sejumlah rekannya pindah menarik becak ke Merak, Cilegon, Banten. Selama enam tahun ia beroperasi di sana. Saat itu, dia mendapat kabar bahwa becak diperbolehkan beroperasi di Jakarta lagi. Kembali dia dan temannya membawa becak ke Jakarta, yang diangkut dengan truk.

"Nah, pas di jalan, truk kena razia. Tapi dibolehin karena ada uang pelicin (suap), ha-ha-ha…," tutur Jamhuri saat ditemui detikX di rumahnya, Klayan, Gunung Jati, Cirebon, Jumat, 2 Februari 2018.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search