BANJARMASINPOST.CO.ID - Sejumlah cabang olahraga di Kalimantan Selatan tak lepas dari fenomena atlet turun temurun alias warisan bakat.
Misalnya gulat dari keluarga Indra, dayung keluarga Muchlis dan loncat indah dari keluarga Dwi Mariastuti.
Ada yang tertarik menjadi atlet karena tidak sengaja, tapi ada juga yang diarahkan orangtua mereka untuk terjun di bidang olahraga. Misalnya saja, keluarga pegulat Indra Sapri.
Dituturkan Indra Sapri yang merupakan guru olahraga SDN Kelayan Selatan 10, sebelum dia menurunkan bakatnya kepada putranya Indra Satria (29), Brian Akbar (23) dan Kahfi Alkusi (15), dirinya merupakan mantan pegulat juara SEA Games Jakarta 1987 dan juara dua gulat terbuka di Pakistan.
Pilihan untuk 'mewariskan gulat' diakui Indra Sapri tak direncanakan. Terlebih ketika menjadi pegulat tidak menjamin masa depan.
Baca: Klasemen Akhir Grup B Piala Gubernur Kaltim 2018 Setelah Persebaya Taklukkan Sriwijaya FC
Baca: Klasemen Grup H Piala AFC 2018 Setelah Persija Jakarta Bantai Tampines Rovers 4-1
"Awalnya saya tidak berharap juga anak jadi atlet. Pulang dari Korea 1988, saya mengalami cedera punggung, leher dan tangan sehingga tidak lagi main gulat sama sekali. Setelah cedera saya dikaryakan menjadi pelatih," Indra Sapri.
Sejak saat itu, dikatakan Indra Sapri, karena ada kewajiban melatih dia pun lalu mengikutkan anak-anak saat melatih.
"Mungkin karena terus dibawa, anaknya lalu tertarik sampai sekarang," kata Indra Sapri tinggal di Jalan Mangga IV Baru RT 33 No 99 Banjarmasin ini.
Lalu, seperti apa kisah atlet turun temurun lainnya? Ikuti beritanya di BFocus Banjarmasin Post edisi Kamis 1 Maret 2018 di halaman 25. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar