Jumat, 13 April 2018

"Jais Darga Namaku", Kisah Hidup Jais Darga

Ambisi yang membuat Jais Darga terus mengembara ke banyak negeri jauh, sehingga ia tak bisa lagi membedakan apakah ia sedang 'Pergi' atau 'Pulang'.

Jakarta – Setelah lebih dari 30 tahun menaklukkan kubu-kubu seni di berbagai kota besar dunia, Jais Darga seorang art dealer perempuan pertama Indonesia, membagikan kisahnya dalam sebuah buku otobiografi, 'Jais Darga Namaku' diluncurkan Titimangsa Foundation di Jakarta, Jumat (13/4).

Karya Ahda Imran ini mengisahkan seluruh perjalanan hidup seorang Jais Dargasejak lahir hingga akhirnya merasakan manisnya kesuksesan. Buku ini ditulis oleh seorang penyair, Ahda Imran. Jais Darga berasal dari keluarga menak Sunda. Memulai perjalanan masa mudanya dengan berkelana di dalam dunia anak muda kota Bandung periode 1970an, hingga mengenal bisnis seni rupa di Paris, London, Amsterdam, New York, Singapura dan Hongkong.

Buku ini mengisahkan perjalanan hidup seorang perempuan Indonesia dengan seluruh ambisinya. Ambisi yang membuatnya dikenal sebagai Jais Darga atau Madam Darga, seorang art dealer internasional di Paris. Ambisi yang membuat Jais Darga terus mengembara ke banyak negeri jauh, sehingga ia tak bisa lagi membedakan apakah ia sedang 'Pergi' atau 'Pulang'.

Jais Darga yang telah memulai kariernya di industri seni sejak tahun 1980-an ini, berprofesi sebagai art dealer dengan jam terbang tinggi dan memiliki reputasi baik dalam mendatangkan karya-karya seni kelas kaliber ke Tanah Air.

Lebih dekat, kehadiran buku Otobiografi 'Jais Darga Namaku' ini disajikan dengan teknik prosa yang tak hanya terinspirasi kisah Jais Darga saja, tetapi mengisahkan pergulatan hidup seorang perempuan, seorang anak, seorang istri dan ibu. Berbaur dengan ambisi dan pergulatannya dalam dunia bisnis dan ada banyak lapisan kisah yang tersimpan. Kisah perempuan dalam kesepiannya, kegelisahannya, kesakitan, penghianatan dan penghinaan.

Seluruh lapisan kisah berpusat pada ambisi serta pergulatan dalam mempertahankan kedaulatan diri Jais Darga, bukan dalam dunia bisnis belaka tetapi juga terhadap kuasa lelaki. Termasuk kedaulatannya atas tubuh dan bagaimana kuasa itu dihadapinya, seperti dikatakan Jais Darga, "Aku tidak merasa dilahirkan sebagai perempuan, tapi terpilih sebagai perempuan."

''Kisah perjalanan hidup saya memang hanya bisa ditulis oleh seorang teman baik. Ahda Imran, yang merupakan penulis puisi dan penyair yang karya-karyanya sudah sering dibuat pementasan teater, adalah teman baik saya yang mampu mengolah cerita-cerita hidup saya yang saya sampaikan padanya menjadi sebuah buku seperti ini," kata Jais Darga.

Dengan diluncurkannya buku ini, ia berharap dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca akan kehidupannya sebagai art dealer. "Dan saya ingin yang membaca buku saya dapat bekerja keras tidak mengenal lelah dalam memulai dan melakukan bisnis lukisan di luar negri dan tidak takut bersaing dengan bangsa lain," katanya.

Sebagai penulis buku Otobiografi 'Jais Darga Namaku' ini, Ahda Imran ingin mengajak pembacanya untuk mengenal lebih dekat sosok Jais Darga. "Awalnya saya hanya mengetahui Jais Darga itu art dealer internasional. Itu pengetahuan yang umum, dan saya tidak merasa puas. Akhirnya saya bertemu dan berkenalan dengan Jais Darga di tahun 2013. Sejak itu saya diajak masuk ke dalam dunianya, dunia seorang yang mempunyai ambisi keras hingga sukses dan menjadi tokoh inspiratif," jelas Ahda.

Tidak hanya perjalanan kariernya, Ahda dibawa ke dalam semua ingatan tentang kisah masa lalunya. Ia sering mengejar jawaban-jawaban yang ia anggap tidak memuaskan demi mendapatkan gambaran utuh seperti ia inginkan, untuk kemudian menafsirkannya. Tentang hal itu, Jais Darga bukan hanya terbuka bercerita, termasuk untuk hal-hal yang paling tak terduga.

"Ia juga tak pernah memasuki wilayah kebebasan saya sebagai penulis. Jais tahu benar, saya sebenarnya tidak sedang menulis tentang dirinya, melainkan kisah dunia perempuan dengan semua pergulatan untuk mempertahankan eksistensi, ambisi, dan kedaulatan dirinya," ujar Ahda.

TAGS : Jais Darga perempuan kisah Ahda Imran

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search