Selasa, 15 Mei 2018

Kisah Konyol Paranoia Publik Akibat Teror

Kisah kedua datang dari salah satu anggota Tim Gegana Polda Jateng. Sebagai anggota penjinak bahan peledak (jihandak) ia harus siaga 24 jam. Berbagai pelatihan berat ia jalani dengan sepenuh hati.

"Saya itu kalau pagi berangkat tugas, istri saya selalu berpesan agar hati-hati. Saya merasa menjadi sosok penting dan bisa menjadi salah satu pahlawan," kata anggota Gegana berpangkat Brigadir Polisi ini.

Suatu ketika, kantornya mendapat laporan via telepon ada paket mencurigakan. Saat itu, memang Indonesia juga sedang ramai isu teroris setelah serangan Sarinah. Oleh komandannya, ia dan tim diperintah berangkat.

"Tiba di lokasi, kami langsung memeriksa keadaan sekitar. Berpakaian lengkap anti api dan anti ledakan. Dengan berbekal metal detektor, kami periksa paket yang dimaksud. Kebetulan saya yang bertugas memeriksa paket itu. Deg-degan juga," kata polisi tadi.

Ia melangkah, makin mendekati paket itu, wajah anak istrinya terbayang.

"Saya bahkan sempat membayangkan kenaikan pangkat karena sukses menjinakkan bom ini. Celakanya, metal detektor saya berbunyi ketika didekatkan. Tim lalu berembuk apa yang mesti dilakukan," kata polisi tadi.

Keputusan sudah diambil. Paket itu harus diledakkan dalam tabung di bagian belakang mobil gegana. Booom…meledak sudah. Asap putih mengepul.

Beberapa menit kemudian, mobil itu kembali ke markas. Di markas itu diperiksa, apa gerangan yang sudah mereka ledakkan.

"Tahu nggak? Di dalamnya, ternyata berisi pakaian dalam. Ada celana dalam, ada BH. Saya potret saya kirim ke istri saya. Kebetulan merknya tak ikut terbakar. Istri saya malah kaget karena itu pakaian dalam yang cukup mahal. Yang harus berpuasa jika yang membelikan polisi setingkat saya," kata anggota polisi tadi tersenyum.

Meski tersenyum ada gurat kesedihan di tepi matanya. Ia tak mungkin membagikan hasilnya kepada publik karena akan menurunkan kewaspadaannya.

"Kami berlatih menghabiskan ratusan juta untuk bahan latihan, buku-buku referensi, nutrisi fisik. Mental kami sudah diasah untuk berteman dengan kematian. Bahkan, anak istri juga sudah disiapkan mentalnya, kepala keluarga akan jadi pecundang ataukah pahlawan. Tapi apa yang terjadi, karena ketakutan publik, apa yang kami punya hanya untuk menangani pakaian dalam," keluhnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search