Jumat, 04 Mei 2018

Kisah Sukses Pendidikan Berbasis Budaya Lokal

Jakarta, CNN Indonesia -- Warga di Kabupaten Nagakeo, Nusa Tenggara Timur tak begitu peduli pada pendidikan. Bagi mereka, yang paling penting adalah kekayaan. Di pelosok NTT itu, kekayaan dilambangkan dengan kepemilikan kerbau.

Fenomena ini membuat tokoh budaya di Kabupaten Nagakeo, Willibrordus Jawa turun tangan. Saat organisasi nirlaba Wahana Visi Indonesia (WVI) datang menawarkan program pendidikan berkarakter kontekstual berdasarkan budaya Nagakeo, pria yang akrab disapa Willi itu menyanggupinya.

"Setelah dijelaskan baru menyadari pentingnya pendidikan. Kami awalnya diminta menginventarisir kekayaan budaya lokal," kata Willi saat bercerita tentang 'pendidikan karakter dan budaya' dalam diskusi Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Jakarta, Kamis (3/5).


Bersama tokoh budaya lainnya, Willi mengumpulkan budaya-budaya lokal seperti istilah dan nilai-nilai penting. Budaya itu lalu diterapkan di beberapa SD percontohan untuk pendidikan berkarakter kontekstual.

Tokoh budaya itu ikut merumuskan silabus atau panduan belajar bersama Dinas Pendidikan dan guru yang terlibat langsung. Misalnya, istilah dan kata kiasan dalam budaya Nagakeo yang sudah terkumpul itu lalu ditulis dan ditempel di dinding sekolah untuk mengingatkan para siswa. Permainan lokal pun dimanfaatkan dalam proses pembelajaran agar lebih kreatif dan menyenangkan.

Anak-anak juga ditanamkan nilai-nilai penting seperti percaya diri, sopan santun, hormat, dan bertanggung jawab.

"Dulu sebelum pergi sekolah ya pergi saja. Sekarang mereka selalu meminta berkat. Itu satu hal yang kami rasakan sangat tersentuh dan memperkuat budaya," tutur Willi.


Willi mengaku senang pendidikan ini dapat menumbuhkan dan memperkuat budaya yang sudah ada. Kini, Willi mengaku tengah mencoba sikap boros yang masih berkembang di masyarakat Nagakeo.
Kisah Sukses Pendidikan Berbasis Budaya LokalKetua Yayasan Persekolahan Katolik Ngada, Romo Daniel Aka. (Foto: CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)

Nilai Agama

Lain lagi di Kabupaten Ngada, NTT yang justru menerapkan pendidikan berkarakter kontekstual dengan berpegangan pada agama mayoritas yakni Kristen Katolik.

Tokoh agama sekaligus Ketua Yayasan Persekolahan Katolik Ngada, Romo Daniel Aka menjelaskan masyarakat banyak mengeluhkan nilai-nilai sosial yang luntur. Daniel lalu bekerja sama dengan WVI menginteggrasikan nilai-nilai agama dalam pendidikan berkarakter. Salah satunya melalui keuskupan.

Selain itu, setiap proses pembelajaran selalu disediakan waktu untuk merefleksikan nilai-nilai yang sudah didapat.

"Begitu kuatnya pengaruh ini. Pendidikan karakter ini fokus pada anak-anak dan usia remaja. Di gereja juga membina pemuda dan pasangan suami istri baru karena kelompok ini sangat rentan," tutur Daniel.

Setelah menerapkan kegiatan ini, Daniel mengaku terdapat banyak perubahan pada anak yang lebih menghargai sesama. (rah)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search