Jumat, 15 Juni 2018

Kisah Lirih Pramugari Kereta Api yang Tetap Bertugas di Hari Idul Fitri

MerahPutih.Com - Kulitnya kuning langsat. Tubuhnya ramping mungil. Pahatan inci-inci giginya begitu rapi. Sungguh indah dipandang.

Namun, di hari yang fitri ini, bola matanya mengisyaratkan ada kerinduan yang mendalam pada seseorang. Entah pada ayah, ibu, atau adik-adiknya. Atau, pada kekasih yang dirindukannya.

Ya, itulah wajah-wajah pramugari kereta api kelas bisnis eksekutif yang terlihat di stasiun kereta api Gubeng Surabaya.

Dengan mimik anggun berseri, disuguhkan pada setiap calon penumpang di hadapannya. Setiap waktu luang, tangannya dibebani ransel-ransel pemudik. Dia datangi calon penumpang yang datang. Memeriksa tiket, lalu mengantarkan ke gerbong kereta, dan menunjukkkan tempat duduk sesuai nomor.

Pramugari kereta api di Surabaya
Pramugari kereta api (MP/Budi Lentera)

Lebaran, para pramugari tetap melayani penumpang yang mudik, sekalipun ia tak sempat bersilaturahmi dengan keluarga. Paling tidak, kirim pesan WhatsApp memohon maaf atau menelpon orang tua tetap tak ketinggalan.

"Ya, pas jadwal istirahat pagi tadi, saya sempatkan untuk telepon orang tua. Minta maaf lahir batin. Minta doa keselamatan. Perjalanan kita biar selamat sampai tujuan" kata Linda, salah satu pramugari kereta api.

Dibalik senyum, ada rasa getir di hati. Tak jarang para pramugari ini menjadi puncak emosi penumpang yang lelah.

"Mungkin mereka lelah dengan bawaanya waktu perjalanan ke stasiun, jadi mudah emosi. Padahal, kita juga tidak kalah lelah." lanjut Linda.

Sebelum kereta berangkat, para pramugari harus berdiri di depan kereta api dan memberi salam ke penumpang.

Saat kereta berjalan, masih kata Linda, pramugari tetap berdiri dan mondar-mandir melayani penumpang selama 10 jam dari Surabaya Jakarta atau sebaliknya.

"Kalau sudah sampai tujuan, dan kereta berhenti, kami istirahat sebentar, lalu bekerja lagi. Jadi harus tetap bekerja, okupansi penumpang lebaran beda dengan hari hari normal." sahut rekan Linda, bernama Elsa.

Pramugari melayani penumpang kereta api
Pramugari melayani penumpang kereta api di hari Idul Fitri (MP/Budi Lentera)

Diakui, selama arus mudik, para pramugari kerap menjadi korban emosi pemudik.

Elsa pun mencontohkan ketika harus berjalan di dalam kereta yang melaju, tanpa sengaja menyenggol kaki penumpang hingga kaget dan terbangun dari tidurnya. Ia pun harus menerima umpatan di hadapan banyak penumpang.

Pengakuan Elsa, tak jauh beda dengan pramugari yang lain, Mei.

"Suara kereta itu kan keras dan bising. Nah, kalau kita dipanggil penumpang yang minta tolong dan nggak kedengaran, mereka marah. Mencaci maki dengan kalimat kalimat kasar." sahut Mei.

Kendati demikian, Mei, Linda dan Elsa atau pramugari yang lain tetap dituntut untuk bersikap profesional, senyum ramah dan tidak lupa meminta maaf.

Sikap pramugari yang harus ramah dan tampil selalu cantik, terkadang jadi pemandangan indah bagi penumpang. Banyak yang menggoda, tapi yang cuek juga tak terhitung.

Biasanya, penumpang dengan kelompok remaja-remaja. Menggoda minta nomor ponsel, atau sekedar iseng tanya-tanya soal suami atau apa saja. Bahkan, ada yang nekat dengan suara lantang, pura pura tidak tahu dan bercanda meminta diantar ke toilet yang yang sudah terlihat di depan mata. Padahal, remaja itu baru saja terlihat sendirian keluar dari toilet.

Lagi-lagi paramugari tetap harus melayani secara sopan, meski berkerut, membesarkan hatinya sendiri. "Maklum, kan kata bang Rhoma Irama, darah muda, darahnya remaja." kilahnya.(*)

Berita ini ditulis berdasarkan laporan Budi Lentera, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya.

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Air Mata Hujan Bulan Juni untuk Ari Malibu

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search