loading...
Menghasilkan kekayaannya melalui spekulasi keuangan yang cerdik, Soros telah menghabiskan dana miliaran untuk membiayai proyek-proyek yang terkait dengan hak asasi manusia dan usaha demokrasi liberal di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, pendanaan itu membuatnya menjadi target kaum nasionalis dan populis di dunia, yang menggambarkannya sebagai seorang manipulator demokrasi.
Seorang filantropis seringkali tidak mendapatkan dukungan menyeluruh terhadap tindakannya. Tuduhan yang sering diterima yakni masalah tujuan amal (seperti mendanai seni bukannya memerangi kelaparan dunia), atau memiliki tujuan terselubung seperti penghindaran pajak dengan efek samping popularitas. Hal ini juga dialami oleh Soros yang kini berusia 87 tahun melalui kritik keras bernada anti-Semit.
Tahun-tahun Awal
Lahir pada tahun 1930 di Budapest, Soros memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai pengacara asal Yahudi. Ia dan keluarganya selamat dari pendudukan Nazi Hongaria dengan cara berpisah dan menyamarkan agama mereka. Dia kemudian bermigrasi ke Inggris saat berusia 17 tahun, hingga mencapai gelar sarjana dan PhD dari London School of Economics (LSE) sambil bekerja paruh waktu sebagai porter kereta api dan pelayan klub malam.
Sementara sembari kuliah, Soros juga mempelajari filsuf Karl Popper, yang dikenal lewat seruannya untuk demokrasi liberal Barat di tahun-tahun pasca-perang. Konsepnya tentang "masyarakat terbuka" akan sangat berpengaruh pada ideologi dan karier finansial Soros dikemudian hari.
Karier Investasi
Setelah awalnya bekerja pada perbankan investasi di London, Soros kemudian pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1956. Dia menghabiskan waktu di beberapa perusahaan di New York, sebelum mendirikan hedge fund sendiri pada tahun 1970. Soros Fund Management, yang pada akhirnya akan menjadi Quantum Fund, dikenal dengan investasi agresif dan pengembalian yang tinggi bagi investor.
Firma ini selanjutnya mendapatkan ketenaran karena spekulasi jangka pendek dan fleksibel di pasar keuangan global. Kesuksesan ini menjadikan Soros sebagai salah satu orang terkaya di dunia dan mengukuhkannya sebagai legenda di pasar investasi.
Ia menjadi terkenal dengan menyandang gelar 'Pria yang Yang Menjagal Bank of England' pada bulan September 1992, ketika Ia meraup keuntungan 1 miliar poundsterling dari efek kejatuhan mata uang Inggris. Pada 16 September atau yang dikenal sebagai Black Wedesday, Departemen Keuangan dengan cepat kehilangan miliaran cadangan mereka dan memaksa pound keluar dari Mekanisme Nilai Tukar Eropa (ERM).
Perjudian investasi ini mungkin yang paling terkenal dari Soros, untuk mengkonsolidasikan reputasinya sebagai investor mata uang utama dunia. Kebijaksanaan keuangannya kemudian menyebabkan tuduhan bahwa ia telah membantu untuk merancang krisis keuangan Asia pada 1997 ketika baht Thailand runtuh, memicu krisis keuangan yang meluas di seluruh wilayah.
Pada saat itu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengecam "para pencari untung yang tidak bermoral" dan menyerukan agar perdagangan mata uang "tidak bermoral" dilarang. Soros menjadi sasaran kemarahannya, tetapi investor lain juga berperan terhadap kejatuhan terhadap mata uang Thailand.
Kegiatan Filantropis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar