Sabtu, 16 Juni 2018

Kisah Silicon Valley #58 – Sukses Karena Berhasil 'Menebak' Selera Penggemar Musik

via Glassdoor

Kita semua tahu, bahwa kita di sini menciptakan sesuatu yang unik, dan ini akan memecahkan sebuah masalah raksasa. Tiada satu pun orang di bumi yang akan melakukan hal yang kita lakukan, dan saat kalian semua menggunakan produk ini, kita bersama akan tahu betapa ajaibnya itu. Produk ini akan menemukan 'rumah'-nya. Semua orang di planet ini menyukai musik. Ada jutaan musisi yang menghasilkan musik hebat dan mereka tidak dapat saling menemukan satu sama lain. Saat hal ini akhirnya menemukan rumahnya, maka ini akan mengubah budaya! Berapa kali dalam hidup kalian akan melakukan hal seperti ini?

Pidato Tim Westergren tersebut mungkin terdengar muluk. Namun memang visinya terlalu jauh ke depan sehingga tidak banyak orang yang akan mempercayai apa yang dikatakannya. 50 orang mempercayai ucapan tersebut dan akhirnya bersedia bekerja tanpa digaji selama dua tahun (sampai akhirnya produk itu sukses) untuk menyukseskan sebuah produk: Pandora!

Maniak Musik

via Dazeinfo

Tim Westergren sejak kecil merupakan maniak musik. Dia mengejar gelar Ilmu Politik di Stanford University karena alasan yang agak konyol, "Itu adalah satu-satunya jurusan dengan waktu tempuh paling singkat di Universitas," Tim tertawa. Dia kemudian menjabarkan bahwa memang dia berniat menyelesaikan kuliah secepat mungkin untuk menyenangkan kedua orangtuanya yang menginginkan putranya tersebut memiliki gelar sarjana, namun dia memilih waktu kuliah yang cepat agar dapat mengejar passion-nya di dunia musik.

Setelah lulus dari Stanford, dia bekerja dengan berbagai musisi profesional dan band rock yang mengharuskannya berkeliling ke seluruh AS. Dari sini dia menemukan hal yang menginspirasinya untuk mendirikan Pandora. "Saya menjumpai lautan bakat yang belum ditemukan!" Ujarnya dengan berbinar-binar.

Westergren bekerja dengan artis dari seluruh negara yang memiliki musikalitas luar biasa dan potensi untuk masuk ke musik mainstream, namun mereka tidak punya cara untuk 'ditemukan'.

Setelah menjadi pendukung musisi selama bertahun-tahun, Tim mendirikan studio sendiri dan mendapatkan banyak proyek sebagai komposer film dan manajer sound effect untuk film. Dengan puluhan CD sebagai referensi di setiap proyek, Westergren kemudian membangun "profil musikologis" berdasarkan selera para sutradara. Tentu saja setiap sutradara yang sedang mengerjakan film memiliki selera musik yang berbeda. Westergren sukses meresapi dan menerjemahkan keinginan para sutradara tersebut berdasarkan preferensi musik mereka serta karya film yang dikerjakan. Setelah banyak terlibat dalam proyek ini, Tim mendapatkan sebuah ide yang revolusioner: Kenapa dia tidak membangun profil musikologis serupa dan menggabungkannya dengan musik-musik yang 'belum ditemukan' selama ini yang diketahuinya?

Cikal bakal Pandora

via mukeshbalani

Westergren menjelaskan idenya kepada Jon Kraft, seorang investor yang sudah mendirikan dan menjual perusahaan bernama Stanford Technology Group. Kraft langsung mengendus peluang untuk menyukseskan rencana ini. Dia bersedia mengucurkan dana untuk proyek ini dan mereka berdua sepakat untuk menjalankan rencana bisnis ini. Pandora kemudian didirikan dengan dana awal USD 1,5 juta!

Tim pengembang Pandora ini bercita-cita untuk mengembangkan produk yang dapat memformulasikan musik sempurna bagi para penggunanya. Untuk hal ini, mereka mempekerjakan 75 musisi untuk mengategorikan 10.000 lagu dalam 450 kategori berbeda. Proyek ini diakhiri dengan hasil: spreadsheet Excel bertuliskan 10.000 musik dengan detail menit hingga 10.000 lagu!

Selanjutnya mereka mempekerjakan tim developer yang diberi tugas untuk merancang sebuah algoritme yang dapat memformulasikan lagu yang paling cocok untuk seseorang berdasarkan pertanyaan atau pilihan mengenai selera musik seseorang. Setelah kerja keras, algoritme tersebut berhasil dibuat. Westergren mengujinya sendiri sebelum memberikan cap Lulus pada algoritme tersebut. Mereka memberi nama algoritme itu: The Music Genome Project.

Saat-Saat Sulit Pandora

via Business Insider

Pada tahun 2001, Pandora dan Music Genome Project-nya berada di titik terbawah. Pandora sebagai unit usaha radio berinvestasi terlalu besar untuk Music Genome Project. Sedangkan setelah ditutupnya Napster, tidak ada investor yang berminat pada startup musik, dan karena itu pendanaan Pandora juga ikut tertahan. Mereka bahkan tidak mampu meluncurkan produknya sebelum berhasil membayar semua biaya yang dikeluarkan.

Westergren tidak memiliki pilihan selain meminta 50 orang karyawannya untuk 'menunda pembayaran' gaji mereka. Dalam saat-saat sulit itu, Westergren sudah mengeluarkan seluruh kemampuan finansialnya untuk bisa terus menjalankan usahanya tersebut. Tiap hari dia berangkat ke kantor paling pagi dan pulang setelah karyawan terakhir meninggalkan tempat untuk meyakinkan para karyawannya bahwa dia tetap bertanggung jawab dan akan menunaikan kewajibannya. Dia juga tak henti-hentinya memotivasi para karyawannya bahwa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang spesial dan akan berbuah pada akhirnya.

Dalam masa-masa itu, beberapa karyawannya bahkan menuntut Tim Westergren karena menelantarkan karyawan dan memintanya membayar kewajiban. Dalam keadaan finansial yang minus, Westergren masih harus mengeluarkan lagi biaya pengacara untuk menangani berbagai tuntutan tersebut. Namun di masa seperti ini, dia tak pernah kehilangan keyakinan bahwa usahanya tersebut akan sukses.

Titik Balik

via Heavy

Hampir seperti sebuah keajaiban, pada bulan Maret 2004, setelah berkali-kali mengajukan Pandora untuk pendanaan, bahkan sampai 348 kali, Westergren berhasil menggalang USD 9 juta. Dengan dana itu, dia berhasil membayar semua gaji karyawannya sebesar USD 2 juta dan menutup tuntutan 5 orang karyawan. Bahkan seminggu kemudian, setelah membayar lunas gaji karyawan tersebut, Westergren terus mendapatkan tambahan dana sejumlah USD 2 juta lagi dan dibagikannya untuk bonus karyawan yang sudah setia bersamanya!

Pandora pun mengatur ulang strategi bisnisnya dan mewujudkan semua visinya yang tertunda. Pada November 2005, mereka meluncurkan layanan gratis untuk publik dan nilainya langsung meledak. Westergren juga sukses menunggangi revolusi smartphone, terutama dengan rilisnya iPhone pada 2007. Pandora adalah salah satu aplikasi generasi awal yang dapat diakses melalui iPhone! Pandora pun memberikan pengalaman mendengarkan musik yang berbeda bagi para penggemar musik dunia!

Keistimewaan aplikasi musik ini adalah berhasil menebak selera musik kita dengan tepat. Seperti sebuah radio, aplikasi ini akan memutarkan aneka lagu yang uniknya bakal pas dengan selera pengguna. Ini menjadikan penggemar Pandora betah memutar layanan ini seharian dan merasa 'dikejutkan' oleh lagu-lagu baru yang belum pernah didengar sebelumnya, namun terasa cocok dengan selera mereka.

Setelah 17 tahun menangani Pandora, pada 27 Juni 2017, Tim Westergren mengundurkan diri dari kursi CEO, bahkan sekaligus juga keluar dari board of director. Westergren meyakini bahwa Pandora kini sudah siap untuk masuk ke babak berikutnya, sebuah babak yang tidak membutuhkan dirinya. Namun kisahnya yang mampu mengajak 50 orang untuk bekerja padanya tanpa gaji terus menjadi legenda di kalangan Silicon Valley.

Retold Based on Saharsh Anand Post in Quora

Referensi:

Maloney, Patrick. (2015). Origin Story: The Founding of Pandora RadioStartupgrind.

  Review Aplikasi Streaming Piala Dunia 2018  

[embedded content]

NB: Subscribe channel Kepoin Tekno agar tidak ketinggalan berbagai info menarik dan bermanfaat seputar teknologi, setiap hari.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search