Selasa, 10 Juli 2018

Kisah Naga Basuki dalam Pemutaran Gunung Mandara

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam Adi Parwa yang merupakan bagian dari Asta Dasa Parwa pada Kitab Mahabharata karya Bhagawan Byasa disebutkan tentang pencarian tirtha amerta di lautan susu atau lautan Ksirarnawa.

Karena lautan Ksirarnawa begitu luas, maka dipotonglah Gunung Mandara Giri untuk mengaduk lautan Ksirarnawa ini oleh para dewa dan raksasa.

"Dalam pemutarannya ini Gunung Mandara ini ditopang di bagian bawah oleh akupa dan ditarik naga Basuki," kata Staf Pusat Kajian Lontar Unud, Putu Eka Guna Yasa.

Para raksasa disiasati oleh para dewa dan disuruh memegang di bagian kepala naga dan para dewa memegang di bagian ekor.

Ketika pemutaran gunung berlangsung, naga Basuki pusing dan keluarlah bisa berwujud api sehingga para raksasa ini terbakar.

"Karena pemutaran gunung ini sangat lama sehingga menimbulkan gesekan sehingga pada gilirannya hutan maupun binatang pun ikut terbakar, sehingga minyak binatang dan tumbuhan menyebabkan prosesi pemutaran menjadi sulit. Dengan bantuan Dewa Indra hujan pun diturunkan sehingga pemutaran kembali lancar," imbuhnya.

Dari hasil pemutaran tersebut keluar Sri, kastuba manik, kuda uccaihsrawa, serta Danwa Antari. 

Suweta Kamandalu ini dibawa oleh Danwa Antari atau sosok raksasa perempuan yang menakutkan. 

Di dalam Suweta Kamandalu inilah ada tirta amerta.

Dengan digunakannya Gunung Mandara ini untuk mendapatkan tirta amerta, menurut Guna secara spiritual aktivitas gunung sebagaimana aktivitas gunung hari ini merupakan upaya untuk ngemertanin jagat.

"Secara spiritual, aktivitas gunung bermakna sebagai upaya untuk ngemertanin jagat," kata Guna.

Sedangkan secara sosiologis, aktivitas dari suatu gunung merupakan bagian dari cara alam me recharging bumi. (*)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search