Kamis, 30 Juni 2016

Canho Pasirua, Kisah Pianis Cilik Indonesia untuk Ajang Internasional

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang bocah yang belum genap berumur tiga tahun menangis sambil mengguling-gulingkan badannya di tengah pasar karena permintaannya tidak dipenuhi ibunya.

Sang anak sangat ingin memiliki harmonika mainan. Sang ibunda akhirnya memenuhi permintaan anaknya hanya agar dia segera berhenti menangis.

Harmonika mainan itu menjadi sahabat akrab anak balita tersebut di rumah setiap hari.

Tidak hanya itu, anak tersebut akan dengan sangat serius menyaksikan acara musik yang sedang diyangkan di televisi.

Bahkan matanya tampak melotot dan berdiri sangat dekat dengan layar televisi bila melihat pemain piano atau keyboard sedang beraksi.

Belakangan anak ini harus menempuh ke sebuah kota lain, yang berjarak 140 kilometer dari kota kelahirannya, agar bisa bermain piano. Hal itu karena di kotanya, tidak ada piano.

Itulah sepenggal kisah Canho Pasirua, pianis cilik asal Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang akan mewakili Indonesia ke ajang kompetisi internasional di Amerika Serikat.

Canho sebentar lagi akan berlaga di Kejuaraan Dunia Seni Pertunjukan  atau "World Championship Perfoming Arts" (WCOPA) 2016" di Long Beach, California, AS, 7-19 Juli 2016.

Pada Rabu (29/6/2016), bocah bernama lengkap Yohanes De Capestrano Jambru Pasirua itu menggebrak Jakarta.

Cancho mempertontonkan kebolehannya dalam memainkan komposisi karya para pemusik klasik dunia di Musro, Hotel Borobudur, Jakarta.

Lolos seleksi

Konser tunggal tersebut diselenggarakan VDS Entertainment & Event Organizer (VDS E&EO) bekerja sama dengan Artha Graha Peduli dan Kafe Musro, Hotel Borobudur, Jakarta.

Penampilan itu yang pertama semenjak Canho sejak dinyatakan lolos seleksi oleh WCOPA Indonesia dan untuk menggalang dana guna membiayai keberangkatan Canho ke California.

Komisari Jenderal (Purn) Gories Mere, tokoh NTT di Jakarta berada di balik sukses konser tersebut.

Gories  mengapresiasi ketekunan dan keuletan kedua orangtua Canho yang telah membimbingnya hingga mencapai level ini meski dalam kondisi serba terbatas.

"Saya sangat terharu dan yakin anak kita (Canho) ini sangat berbakat. Dia bisa memainkan musik klasik yang sudah tidak bisa dimainkan oleh kebanyakan musisi saat ini," kata Gories ketika membuka konser.

Jalan Canho untuk ikut berlaga di pentas dunia makin terbuka lebar meski sang bunda, Ermelinda Ndiki, sudah hampir kehilangan daya.

Sebelumnya Ermelinda sudah dua kali ke Jakarta untuk mengurusi keberangkatan anaknya ke AS namun sebanyak itu pula dia gagal.

Dari Ende, Flores, Ermelinda dan putranya Canho hanya berbekal uang yang sangat jauh dari yang dibutuhkan. Dua kali mengurusi visa namun dua kali pula gagal.

Selalu ada jalan buat mereka yang dengan gigih berdoa dan berikhtiar.  Akhir pekan lalu, Canho dan ibunya dipertemukan dengan Gories berkat bantuan Valens Daki Soo dari VDS.

Dalam waktu singkat diputuskan untuk diadakan konser penggalangan dana. Gories menemui pemilik Artha Graha Network, Tomy Winata agar berkenan meminjamkan tempat di Musro, Hotel Borobudur.

Gories pula yang membantu untuk kelancaran pengurusan visa bagi Canho dan ibunya.

"Ini di luar dugaan saya. Saya malu bolak-balik ke Jakarta sudah dua kali tapi tidak bisa dapat visa. Terima kasih kepada Pak Gories," tutur Ermelinda.

Apa Kabar Indonesia

Acara penggalangan dana semalam diapresiasi beberapa pengusaha Jakarta dan tokoh asal NTT meskipun undangan disebarkan hanya satu hari menjelang konser.

Wartawan senior Karni Ilyas yang terpesona dengan penampilan pianis cilik asal NTT ini langsung meminta Canho tampil dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi TV One, Sabtu (2/7/2016).

Di Long Beach, California, Canho akan berkompetisi dengan anak-anak sebaya dari 54 negara.

Canho Pasirua lahir di Ende, Flores, 2 November 2004 dari pasangan Kristoforus Jambru dan Ermelinda Ndiki.

Awal belajar musik sejak umur tiga tahun (2007) di bawah bimbingan sang ayah sendiri.

Pada usia empat tahun, Canho mengikuti kursus musik di Affrettando Music Course, Ende (2009).

Kursus yang sama dilakoni juga di tahun 2010 dan 2012. Saat usia 10 tahun, Canho menggelar konser solo piano di beberapa kota di Flores.

Akhir Desember 2015, Canho mengikuti audisi kejuaraan dunia seni pertunjukan yang digelar WCOPA Indonesia.

Pada 24 Februari 2016, WCOPA Indonesia menyatakan Canho lolos audisi untuk musik instrumental (piano) dan berhak mengikuti World Championship of Performing Arts 2016 di Long Beach, California.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search