Kamis, 02 Juni 2016

Kisah Abdullah Shrem, Penyelamat Ratusan Budak Seks ISIS

Jakarta, CNN Indonesia -- Abdullah Shrem memperlihatkan ponselnya, menunjukkan caranya menyelamatkan gadis Yazidi yang menjadi budak seks ISIS.

"Tawaran dibuka di harga US$9.000 (Rp122 juta). Untuk penjualan? Gadis Yazidi. Dia cantik, pekerja keras, perawan. Dia juga baru berumur 11 tahun."

Demikian bunyi iklan yang terpampang di layar ponsel Shrem. Iklan itu dipasang di pasar daring yang digunakan oleh ISIS untuk melakukan barter budak seks.

Bukan berniat membeli, tapi Shrem melacak keberadaan para gadis Yazidi itu melalui keterangan dalam iklan tersebut. Terkadang, iklan-iklan itu mencantumkan detail seperti foto bahkan lokasi gadis itu.

Hingga saat ini, sudah 240 gadis Yazidi yang ia berhasil selamatkan. Keberhasilan ini bukan tanpa perjuangan panjang. Semuanya bermula pada 2014.

Saat itu, Shrem menjalani kehidupan suksesnya sebagai seorang pebisnis Irak dengan koneksi perdagangan mencapai Aleppo di Suriah, ketika tiba-tiba ISIS datang dan menculik lebih dari 50 anggota keluarganya dan ribuan gadis Yazidi lainnya dari Provinsi Sinjar.

Tertekan dan marah melihat kurangnya dukungan dari komunitas internasional, ia mulai menyusun rencana untuk menyelamatkan keluarganya dengan cara sendiri.

Ia mulai merekrut penyelundup rokok yang menjalankan bisnis gelap di wilayah ISIS. Mereka diminta untuk melacak keberadaan para gadis Yazidi.

"Tak ada pemerintah atau ahli yang melatih kami. Kami belajar dengan melakukannya. Selama satu setengah tahun belakangan, kami mulai berpengalaman," tutur Shrem kepada CNN.

Dalam beberapa kasus, para penyelundup mengikuti petunjuk yang ada dalam iklan untuk mengetahui keberadaan korban. Namun dalam kasus lain, para sandera sendiri yang meminta tolong. Mereka berusaha memberikan informasi detail, seperti lokasi, nama kota yang sering mereka dengar, bahkan tempat terkenal di sekitar lokasi mereka.

Ketika mereka sudah dapat berhubungan, tahanan itu diberi instruksi mengenai kapan dan ke mana mereka harus pergi untuk bertemu dengan penyelundup rokok yang sudah bersiap di dalam mobil.

Proses ini biasanya memakan waktu berhari-hari atau mingguan, bahkan berganti-ganti kendaraan, untuk keluar dari wilayah ISIS dengan selamat.

Pengalaman itu harus dibayar mahal, bahkan Shrem nyaris bangkrut karena hampir semua tabungannya dipakai untuk membeli gadis Yazidi dari ISIS dan membayar penyelundup rokok.

Bagi orang yang langsung terjun ke wilayah ISIS, taruhannya bahkan lebih tinggi lagi. Beberapa penyelundup rokok bahkan sudah ditangkap dan dieksekusi oleh ISIS ketika sedang melacak keberadaan para gadis Yazidi.

Namun menurut Shrem, risiko itu sepadan dengan hasil yang didapat. "Ketika saya menyelamatkan seseorang, saya mendapatkan kekuatan dan keyakinan untuk terus melakukannya sampai saya dapat menyelamatkan mereka semua," katanya.

Salah satu yang berhasil diselamatkan adalah saudaranya sendiri. Delapan bulan lamanya Shrem tak mendengar kabar dari saudaranya itu. Tiba-tiba saudaranya menelepon dari Anbar.

"Ada istri dari militan ISIS yang memberikannya telepon dan berkata, 'Mungkin kamu bisa menyelamatkan dirimu sendiri,'" tutur Shrem.

Saudaranya itu akhirnya mendeskripsikan keadaan lingkungan sekitarnya. Shrem akhirnya dapat melacak dengan tepat lokasi itu.

Shrem akhirnya menyelamatkan saudaranya bersama putranya. Namun, Shrem masih tak dapat melacak keberadaan dua putra dan satu putri dari saudaranya itu. Kedua putra saudaranya dikirim ke kamp pelatihan ISIS, sementara putrinya diculik untuk dijual.

Ribuan warga Yazidi lainnya masih terperangkap di wilayah ISIS. Shrem khawatir, semakin lama mereka terperangkap, kian dalam pula radikalisasi yang ditanamkan. Ia pun mendesak komunitas internasional untuk beraksi.

"Jika ada 50 saja, bukan 5.000, warga Eropa yang diperkosa setiap hari oleh ISIS, apakah Eropa akan diam? Tentu tidak. Pasti akan ada operasi dan apa pun akan dilakukan untuk menyelamatkan mereka," kata Shrem.

Melanjutkan seruannya, Shrem kembali berkata, "Namun, ketika 5.000 orang Yazidi diperkosa, anak-anaknya dilatih dan menjadi bom berjalan, tidak ada yang melakukan upaya. Kami ditelantarkan." (den)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search