Atin menceritakan pengalamannya mengasuh anak berkebutuhan khusus di acara pengenalan kampenye #SentuhanIbu dari Nivea. Atin mengaku mendapati kekurangan anaknya saat berusia dua bulan. Didiagnosa dokter kondisi putranya sudah terlambat untuk ditolong, wanita asal Bandung itu pun mengaku perasaannya campur aduk.
"Saya waktu itu merasa kaget, sedih, bingung bagaimana masa depannya nanti. Apalagi pandangan sekeliling melihat aneh dan mengasihani. Itu membuat saya minder, malu, dan sedih. Sampai suatu ketika Aga berusia tiga tahun dan disarankan dokter dimasukkan SLB," kata Atin di E&O Restaurant, Menara Rajawali, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, (2/6/2016).
Belum bisa menerima keadaan, Atin sempat tidak mau menyekolahkan anaknya ke SLB (Sekolah Luar Biasa). Bersama sang suami, ia pun masih mengusahakan kesembuhan Aga dengan berobat secara alternatif. Sayangnya usaha itu tidak membuahkan hasil meski keluarga Atin sudah banyak mengeluarkan tenaga dan materi.
"Kami melakukan pengobatan alternatif bahkan mengabaikan sekolahnya Aga. Sampai habis-habisan materi, tenaga, sampai saya terkena stroke. Klimaksnya kami menyerah dan menyekolahkan Aga ke SLB A Bandung," ungkap Atin.
Sejak saat itu, Atin mulai menerima kondisi Aga. Terlebih anak yang saat ini berusia sembilan tahun tersebut ternyata punya banyak kelebihan di balik kekurangannya. Wanita 44 tahun itu mengaku putranya punya daya tangkap kuat, gampang menghapal, dan suka bermain musik. Bakat-bakat Aga pun membuat Atin merasa ada harapan.
Memasukkan Aga ke SLB A Negeri Bandung juga membuat Atin mendapat pelatihan khusus ibu dari anak berkebutuhan khusus. Dibimbing oleh konsultan psikologi Kembang Kemuning, ia diberi pembekalan bagaimana menangani putranya yang berbeda dari anak kebanyakan.
"Sesudah ikut program, pikiran saya terbuka. Saya pikir cara didik sama saja tetapi ternyata berbeda. Karena kita kan harus menerangkan, berbeda dengan anak lain yang bisa melihat sendiri," tuturnya lagi.
Nivea bekerjasama dengan Kemuning Kembar dan SLB A Bandung dalam mengadakan kampanye untuk ibu dari anak berkebutuhan spesial. Kampanye itu mengajak orang-orang untuk peduli dan sadar akan topik ini kemudian memberi dukungan pada para ibu tangguh itu. Caranya adalah mengunggah dukungan di Twiter, Facebook, dan Instagram dengan menyertakan #SentuhanIbu. Satu unggahan bernilai Rp 1000. (ami/ami)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar