
Padahal sebetulnya hadis itu terjadi dari percakapan sehari-hari yang dilakukan Rasulullah SAW. Kadang beliau menanggapi orang bertanya, mengomentari suatu kejadian, sebagaimana percakapan sehari-hari.
Jadi bukan seperti Rasulullah membuat satu kitab undang-undang, hadis bukan seperti itu.
Bahkan pada mulanya, pengumpulan hadis dianggap problematis. Syaidina Umar bin Khattab dulu pernah melarang orang meriwayatkan hadis karena khawatir rancu dengan kitab suci Al-Quran yang saat itu sedang dalam proses pembakuan.
Nah pengumpulan hadis baru dimulai pada zaman tabi'in, setelah Islam bertemu dengan berbagai macam konteks budaya yang berbeda. Sementara Al-Quran semuanya sebagian besar hanya menjelaskan hal-hal secara global, tidak detail, maka orang membutuhkan penjelasan teknis yang detail, dan mulai mencari hadis-hadis.
Hal ini membuat marak sekali periwayatan hadis hingga banyak orang yang mengada-ada, membuat-buat hadis, mengklaim sebuah pernyataan sebagai hadis padahal sebetulnya buatan sendiri karena terlalu bersemangat memburu hadis.
Seseorang bernama Syuaib bin Zubair, mantan budak Aisyah binti Usman bin Affan, adalah orang yang banyak mengenal para sahabat dari era tabi'in.
Fakta tersebut membuat banyak orang mendatanginya, "Wahai Syuaib, engkau banyak mengenal orang-orang yang dekat dengan Rasulullah, masa sih enggak punya satu atau dua hadis yang bisa diriwayatkan?"
Syuaib bin Zubair memang agak suka meledek dan menyindir orang lain. Mungkin dengan maksud ingin menyindir mereka yang memburu hadis, Syuaib mengatakan, "Baiklah saya akan meriwayatkan satu ya. Saya mendapatkan riwayat dari Ikrimah bin Abdullah bin Abbas dari Rasulullah SAW. Ada dua sifat yang tidak mungkin berkumpul dalam diri seorang mukmin."
Orang-orang bertanya, "Sifat apa itu?"
Syuaib melanjutkan, "Yang satu saya lupa."
Mereka bertanya lagi, "Lah yang satunya?"
Syuaib menjawab, "Nah itu, Ikrimahnya yang lupa." (rdk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar