Jumat, 10 Juni 2016

Kisah pertarungan terbesar Muhammad Ali

Legenda tinju Muhammad Ali menghadiri Olimpiade Atlanta 1996 di Georgia, Amerika Serikat (3/8/1996)
Legenda tinju Muhammad Ali menghadiri Olimpiade Atlanta 1996 di Georgia, Amerika Serikat (3/8/1996) © Erik S Lesser /EPA

Pertarungan terbesar Muhammad Ali bukan melawan Joe Frazier yang disebut sebagai "Pertarungan Abad Ini." Bukan pula pertarungannya melawan George Foreman. Pertarungan terbesar Ali adalah melawan negaranya sendiri, Amerika Serikat (AS).

Pada 1966, petinju yang meninggal pada Jumat (3/6/2016) ini menolak permintaan pemerintah AS untuk dikirim ke arena perang di Vietnam. Pria bernama asli Cassius Clay ini tidak ingin berperang, karena agama Islam yang dianutnya menentang perang.

"Perang tidak sesuai dengan ajaran Quran. Kami (umat muslim) tidak boleh mengambil bagian dalam sebuah perang, kecuali kalau perang tersebut dinyatakan sendiri oleh Allah atau Nabi. Kami tidak ambil bagian dalam perang umat Kristen atau umat lainnya," ujar Ali dikutip dari Biography Online.

Diceritakan New York Times, Ali juga enggan perang karena tak punya masalah dengan Vietcong (musuh AS di Vietnam). "Tidak pernah ada orang Vietcong yang memanggil saya 'nigger.'" Bagi kaum kulit hitam AS, "nigger" adalah sebutan yang kasar --apalagi jika diucapkan orang berkulit putih.

Ali, saat itu menggenggam gelar juara dunia kelas berat, tak bisa mengerti mengapa pemerintah AS menyuruh warganya pergi sejauh 10 ribu mil dan menembak orat Vietnam berkulit coklat. Padahal di Louisville, Kentucky, kampung halamannya, orang kulit hitam diperlakukan hina.

Beberapa pihak tidak suka dengan siakp Ali. Ia kemudian divonis lima tahun penjara, meski akhirnya batal masuk penjara. Gelar juara dunianya dicopot dan tak bisa bertanding selama tiga setengah tahun.

Banyak pihak simpati pada sikap Ali. Tony Gittens, pemimpin para pelajar di Universitas Howard, mengatakan orang seperti Ali punya prinsip. Dan sikap Ali yang menolak ikut perang diikuti sejumlah anak muda kulit hitam.

Pro-kontra yang muncul, serta proses persidangan yang panjang dan berliku itulah yang menginspirasi kanal televisi HBO untuk sebuah film televisi berjudul Muhammad Ali's Greatest Fight (2013).

Film berdurasi 97 menit ini menampilkan kisah Ali yang berbeda dengan biopik lain sang legenda semisal Ali (2001) dan The Greatest (1977). Dua film tersebut menampilkan Ali secara langsung, sementara Muhammad Ali's Greatest Fight menampilkan kejadian di ruang pengadilan.

Meski merupakan film televisi, Greatest Fight menampilkan beberapa aktor papan atas seperti Christopher Plummer, Frank Langella, dan Benjamin Walker. Plummer memenangi Oscar lewat Beginners (2010), sementara Langella mendapat nomine aktor terbaik lewat Frost/Nixon (2008)

Sutradaranya adalah Stephen Frears, yang dua kali menjadi nomine Oscar lewat The Grifters (1990) dan The Queen (2006).

Muhammad Ali's Greatest Fight direspon beragam. IMDB memberi nilai 6,8 dari 10 poin untuk film ini, sementara Rotten Tomatoes memberi poin 43 persen.

David Hinckley dari New York Daily News menulis, "Apakah film ini mendapatkan semua nuansa (persidangan) secara benar, kita tidak tahu. Namun dalam tiap rondenya, pertarungan dalam film ini sangat hidup."

Sementara Xan Brooks dari The Guardian menyebut film ini "kurang nendang." "Drama bikinan Stephen Frears ini menggigit seperti kupu-kupu," ujar Brooks. Yang dimaksud Brooks adalah pelesetan ucapan Ali mengenai dirinya, "Melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah."

Film ini tayang perdana di HBO pada 2013. Untuk mengenang kepergian Muhammad Ali, HBO Asia akan menayangkan kembali Muhammad Ali's Greatest Fight di kanal HBO Signature pada Sabtu, 11 Juni pukul 19.00 WIB dan Minggu, 12 Juni pukul 11.30 WIB.

[embedded content]
Muhammad Ali's Greatest Fight Trailer (HBO Films) © HBO

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search