Minggu, 03 Juli 2016

Kisah Terusirnya Mubaligh Muhammadiyah oleh Warga Mayoritas

Ketua PRM Mragel Simen (foto M Su'ud)Simen, Ketua PRM Mragel (foto M Su'ud)

PWMU.CO – Tiga hari menjelang Lebaran, seharusnya suasana tenang penuh ukhuwah yang dirasakan umat Islam. Tapi tidak di tempat ini. Tepat di hari ke-27 bulan Ramadhan 1436, setahun yang lalu, terjadilah keributan itu. Sebuah demonstrasi yang nyaris berubah bentrok berdarah telah terjadi di Masjid Darun Najah Dusun Jatimalang, Desa Mregal, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Untungnya, salah satu pihak bisa menahan amarah sehingga keributan itu tak sampai menjadi tragedi.

(Baca: Dirobohkannya Masjid Kami, Sebuah Kisah Nyata Intoleransi Mayoritas pada Minoritas dan Kisah Terusirnya Tokoh Muhammadiyah Yungyang dari Mushala, tapi Akhirnya Dapat Hadiah Masjid)

Malam itu dari speaker sebuah masjid terdengar seorang mubaligh berceramah tarawih dengan topik shalat tarawih. Dalam ceramah itu, ia menyampaikan bahwa Rasulullah saat Ramadhan menjalankan shalat tarawih sampai kakinya bengkak. Menurutnya, jika sampai bengkak kakinya berarti Rasulullah tidak mengerjakan shalat tarawih dengan jumlah rakaatnya sedikit. "Dari sini Bapak dan Ibu dapat mengerti sendiri, bahwa yang sah adalah yang shalatnya 23 rakaat," katanya.

Seorang warga yang mendengar ceramah itu—karena disiarkan lewat speaker luar—dibuat ragu dan bingung soal jumlah rakaat itu. Selama ini ia memang menjalankan shalat tarawih 11 rakaat. Maka, pada kesempatan lain bertanyalah ia pada Ustadz Syafiin yang sedang ceramah di Masjid Darun Najah.

(Baca juga: Jangan Paksakan Logika NU untuk Nilai Muhammadiyah! Begitu juga Sebaliknya dan Dalam Fiqih, Muhammadiyah Itu Bukan NU)

Mendapat pertanyaan itu, Syafiin menjawab bahwa tarawih yang 23 rakaat ada dasarnya dan yang 11 rakaat juga ada dasarnya. "Sekarang terserah Jenengan, mantap yang mana? Tapi menurut saya, yang mendekati benar adalah 11 rakaat, karena diriwayatkan oleh Aisyah," jawab Syafiin.

Sebenarnya, ceramah dan tanya jawab di Masjid Darun Najah itu hanya memakai speaker dalam ruangan, bukan memakai corong (speaker luar). Tapi entah bagaimana sampai terdengar oleh jamaah lain. Dan ketika dilacak, siapa yang mendengar tanya jawab itu, tidak ada yang mengaku. Bersambung ke hal 2 …

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search