Seorang bocah berdiri di ujung gang, di dekat rumahnya. Langit Jakarta kala itu cemberut, kemudian menangis. Tangisnya menjelma menjadi hujan deras. Si bocah berdiri di dekat sebuah halte sembari memegangi payung. Beberapa menit kemudian, seorang lelaki turun dari bis dan menyambar payungnya. "Ayo, ikuti saya!" kata pria itu. Bocah laki-laki ini mengikuti di belakang. Badannya menggigil tersiram air hujan sembari menyeberangi jalanan.
Anak berusia delapan tahun itu tiba di rumah pria asing. Si bocah memberi tahu, "Maaf Om, saya bukan ojek payung. Tadi sebenarnya saya sedang menunggu ibu pulang." Laki-laki ini syok dan merasa sangat bersalah. Lalu ia mempersilakan bocah itu masuk ke kediamannya.
Dibuatkannya susu hangat, kemudian disodorkan kepada si bocah. Lalu, pria itu mengambil dari saku celana, uang 200 rupiah dan mempersilakannya pulang. Nama bocah itu, Anggy Umbara (35). Ia kini menjadi sutradara terkenal. Film terbaru Anggy, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 pekan ini merangkul 6,5 juta penonton. Terlaris sepanjang masa.
Momen itu membuat Anggy sadar, ada banyak cara mencari uang (halal) di Ibu Kota. Sejak itu, ia menekuni profesi sebagai tukang ojek payung. Ia beroperasi di Pasar Minggu dan Tanjung Barat, Jakarta.
Tip yang didapat dari hasil mengojek beragam. Ada yang memberi uang 50 atau 150 rupiah. Jika penghasilan sebagai tukang ojek payung sedang cekak, ia banting setir menjadi penjual kantong plastik di pasar tradisional. Hasilnya, lumayan untuk menyambung hidup.
(wyn/gur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar