
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Beda negara beda juga adat budaya warganya. Demikianlah yang dilihat dan dirasakan Dekan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Mohammad Effendy SH MH, saat berada di negara-negara yang penduduknya mayoritas nonmuslim.
Hal itu bisa dilihat dari perbedaan cara beribadah, khutbah Jumat hingga azan mereka.
Saat bertemu orang-orang Islam dari berbagai negara di luar negeri, dia melihat tata cara salat mereka yang bermacam-macam gerakannya, sesuai dengan mazhab masing-masing.
Dari situ, dia menyadari bahwa semuanya berpulang kepada Allah juga, yang penting niatnya adalah untuk beribadah kepada Allah, bagaimana pun gerakan salat mereka.
"Kita di Indonesia biasanya sering memperdebatkan cara beribadah yang berbeda-beda, namun saat di luar negeri, bertemu orang-orang Islam dari berbagai negara, berlainan mazhab dan tata cara salatnya, membuat saya sadar bahwa semua itu diniatkan ibadah karena Allah, jadi itu tak perlu diperdebatkan dan biar Allah saja yang menilainya," sambungnya.
Kemudian, ada lagi yang unik, yaitu tata cara azan yang berbeda dengan di Indonesia.
Hal itu ditemuinya di Cina saat dia salat di sebuah masjid di sana.
Uniknya adalah muazinnya azan di pintu masjid, bukan di dekat mimbar seperti di Indonesia.
Ternyata hal itu memang disengaja karena sudah menjadi tradisi umat Islam setempat.
Khutbah Jumatnya juga ada yang unik.
Itu ditemuinya saat salat Jumat di masjid di Australia dan Filipina.
Di Australia, khutbah Jumatnya menggunakan Bahasa Inggris, sementara di Filipina dua bahasa, yaitu Inggris dan Tagalog.
"Kalau Bahasa Inggris masih bisa paham sedikit-sedikit, tetapi pas Tagalog benar-benar nggak ngerti. Tetapi itulah pengalaman unik saya beribadah di negara-negara yang muslimnya minoritas," pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar