Selasa, 03 Januari 2017

Ada Pesan Moral Bubuksah dan Gagang Aking di Rilief Candi Surowono

Reportase Rintahani Johan Pradana
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

MANUSIA mewariskan pesan kepada generasi penerusnya lewat beragam cara. Pesan tersebut kemudian menjelma dalam beragam bentuk. Salah satunya relief yang terpahat di dinding candi maupun bangunan peninggalan sejarah. Sebagian besar relief yang terpahat pada dinding candi di Pulau Jawa, merujuk pada kisah dalam kitab karya para pujangga seperti kitab Ramayana hingga Arjunawiwaha.

Di Kediri, Jawa Timur, sebuah candi didirikan guna memuliakan Bhre Wengker yang mangkat pada 1388 Masehi. Candi ini bernama Surowono, sama dengan nama dusun di mana candi ini berdiri. Candi yang kondisinya tak utuh lagi ini, juga dikenal dengan nama Wishnubhawanapura. Kendati demikian, relief yang terpahat pada batu andesit masih terlihat cukup jelas, tak ubahnya pesan moral yang dibalut dalam kisah.

Terdapat kisah Sri Tanjung dan Sidapaksa, Bubuksah dan Gagang Aking, serta kisah lain pada Candi Surowono. Pada relief Sri Tanjung dan Sidapaksa, ada pesan tersirat tentang bhakti dan  kesetiaan. Kisah yang dipercaya telah berkembang semenjak masa Majapahit, kemudian lebih erat dengan cerita rakyat di Banyuwangi.

Bubuksah dan Gagang Aking

Kisah dua pertapa Bubuksah dan Gagang Aking tak kalah menarik. Keduanya mendapat ujian dari Dewa dengan turun ke bumi menjalani ujian kehidupan dan pencarian spiritual.

Bubuksah mencoba mensyukuri setiap nikmat yang ada dengan tetap makan dan minum sehingga badannya menjadi gemuk dan berisi. Sementara Gagang Aking menempuh jalan berbeda. Ia mejalani laku hidup prihatin dan memilih untuk tak mengumbar hawa nafsu. Tubuh Gagang Aking menjadi kurus.

Tiba waktunya menguji pencapaian keduanya selama melaksanakan tapa, seekor harimau yang merupakan jelmaan Kalawijaya diutus untuk menguji keduanya.

Harimau mendatangi Gagang Aking dan bermaksud memakannya. Namun ditolak secara halus oleh Gagang Aking. Tak ada daging yang bisa dimakan dari tubuh yang kurus kering, kata Gagang Aking.

Penjelmaan Kalawijaya pun pergi menuju Bubuksah dan mengutarakan maksud yang sama. Bubuksah justru dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk menjadi santapan harimau.

Mendengar jawaban Bubuksah, Kalawijaya kembali pada wujud aslinya. Kalawijaya mengatakan bila Bubuksah lulus dari ujian dan pertapaan serta diperkenankan kembali ke Nirwana.

Namun, Bubuksah menolak, karena tak mungkin meninggalkan Gagang Aking sendirian. Singkat cerita, kedua pertapa ini kembali ke Nirwana, Bubuksah naik di atas punggung Kalawijaya dan Gagang Aking diperkenankan untuk berpegangan pada ekornya.

Secara bijak, nenek moyang kita telah mewariskan nilai luhur dari kisah yang terpahat pada dinding candi. Tentang kesetiaan, tentang bhakti, juga keikhlasan. Hidup adalah bagaimana kita menjaga kesetiaan pada hal yang benar dan ikhlas merupakan kunci utama dalam menjalani setiap ujian dalam kehidupan.

This article passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article: The Guardian's Summary of Julian Assange's Interview Went Viral and Was Completely False.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search