INDOPOS.CO.ID- MERUBAH nasib tidak harus melanglang jauh sampai di negeri seberang. Di negeri sendiri, di kampung sendiripun bisa. Asalkan tekun dan bisa melihat peluang, maka nasib akan berubah. Itulah yang dilakukan Emirensiana Eni Ulu, warga Desa Manunain A, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.
JHON SIKI, Kefamenanu
Kediamannya di sebuah kampung. Jaraknya 40 kilometer arah Timur Kefamenanu-ibukota Kabupaten TTU. Butuh waktu sekira satu jam menggunakan kendaraan roda dua untuk sampai di kediaman Emirensiana. Rasa penasaran akan kisah sukses Emirensiana sebagai seorang pedagang kain tenun motif daerah TTU, membuat koran ini memutuskan untuk menuju ke kediaman Emirensiana. Apalagi dia adalah mantan TKW yang memutuskan untuk tidak mau menjadi TKW lagi.
Senin (16/1), sekira pukul 12.00 Wita, koran ini tiba di sebuah rumah kecil beratap seng. Dinding bebak dan berlantai semen. Penghuni rumah mungil itu adalah Ny. Emirensiana Eni Ulu (33). Sosok pekerja keras yang dikenal sering menjajakan hasil motif kain tenun, bukan saja kepada warga lokal tetapi warga asing yang melintas.
Usai menyuguhkan segelas air putih, istri dari Sebastianus Tjeunfin (37) itu perlahan mengisahkan perjalanan hidupnya dari pembantu rumah tangga di Malaysia dan Singapura. Hingga kini memilih tinggal menetap di kampung menekuni usaha penjualan kain tenun motif Timor.
Pemilik rambut sebahu dan kulit sawo matang itu mengaku sejak tahun 2003 memilih bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia. Ia bersama sejumlah warga tetangga dari kampung Nesam. Saat itu dirinya tertarik karena upah kerja di luar negeri terlampau tinggi. Dia yakin bisa mengatasi kebutuhan hidupnya. Emirensiana terpaksa nekat meninggalkan kampung halamannya setelah mendapat restu dari calon suami Sebastianus Tjeunfin. "Waktu itu kami baru tunangan tiga bulan. Saya dengar cerita katanya di luar negeri kerja jadi pembantu dapat uang banyak sehingga suami saya ijinkan untuk jalan," kisahnya sambil membetulkan tumpukan kain tenun yang ada di hadapannya.
Setelah bekerja empat tahun di negeri Jiran Malaysia, Emirensiana akhirnya memilih kembali ke kampung halamannya di Nesam, Desa Manunain A. Dia kembali bersua dengan Sebastianus, calon suaminya yang sudah lama ditinggalkan, juga sanak keluarganya yang lain.
Pengalaman kerja di luar negeri selama enam tahun membuat Emirensiana untuk tidak lagi bekerja sebagai TKW. Pengalaman sebagai pembantu rumah tangga, Emirensiana memilih untuk membuka layanan jasa laundry. Namun, sayang niat tersebut gagal lantaran lokasinya di ibu kota Kecamatan sehingga tak kunjung ada pelanggan.
Dirinya baru tertarik menekuni bisnis jualan kain tenun setelah melihat salah seorang tamu dari Australia bertandang ke rumah mertua Urbanus Atetus Leu. Mertuanya berprofesi sebagai pedagang kain tenun. "Saat itu ada tamu dari Australia datang beli kain. Mertua saya tidak bisa Bahasa Inggris sehingga saya yang omong dengan tamu itu. Dari situ saya tertarik untuk jual kain tenun," kisahnya.
Ibu dari Ishak dan Esterlina ini mengaku, untuk memuluskan niat profesinya sebagai pedagang kain tenun setiap hari bekerja membantu sang mertua untuk mengoleksi semua jenis kain tenun motif yang berkualitas untuk siap dipasarkan.
Hingga di pertengahan tahun 2015, bersama Sebastianus suaminya itu memilih untuk memulai bisnis kain motif setelah keduannya diundang mengikuti pelatihan. Pelatihan khusus untuk TKI yang pernah bekerja di luar negeri. Saat itu setiap peserta mendapat bantuan modal usaha sebesar Rp 3 juta. Keduanya mengumpulkan Rp 6 juta yang diterima dari Dinas Sosial TTU. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar