Jumat, 03 Februari 2017

Kisah Tragis Pengungsi Iran, "Saya Tahu Mereka Akan Bunuh Saya"

NADI – Pengungsi masih menjadi persoalan dunia saat ini. Ke mana pun mereka berlari, seolah ketakutan, penganiayaan dan kegelisahan selalu menyertai. Demikian juga yang dirasakan oleh Loghman Sawari, seorang pengungsi berdarah Iran yang baru saja kabur dari Papua Nugini ke Fiji.

Melarikan diri dari negaranya yang berkecamuk akibat perang, Sawari tak kunjung merasa aman di negara lain. Pergi ke Australia, remaja yang belum genap 17 tahun itu malah dimasukkan ke pusat detensi imigran dewasa di Pulau Manus, Papua Nugini.

BERITA REKOMENDASI


Status imigrasinya dikabulkan dan ia sempat bebas berkeliaran di Papua Nugini. Namun tak berapa lama, dia harus menggelandang tanpa tujuan di Kota Lae. Diduga, dia juga menderita perlakuan kasar dari penjaga selama tinggal di pusat detensi setempat.

Loghman Sawari diapit petugas. (Foto: Twitter)

Mencoba bertahan hidup, Sawari pun nekat kabur ke Fiji. Bermodalkan dokumen palsu, dia menjejak di negara Oseania tersebut dan mencari pertolongan. Akan tetapi, sekali lagi kehadirannya tidak diinginkan. Dia berakhir ditangkap polisi setempat dan dideportasi ke Papua Nugini.

Dalam salah satu sambungan telefon yang Sawari buat kepada The Guardian Australia, ia menceritakan betapa penganiayaan juga terjadi selama proses pemulangannya dari Nadi ke Port Moresby. Hal yang sama telah ia wartakan kepada temannya.

"Saya berada di atas pesawat dan mereka mengirim saya balik. Mereka menahan dan memukul saya. Orang-orang berbahaya ini berusaha menyakiti saya. Tolong beri tahu semua orang," ujarnya kepada seorang teman di Farsi melalui sambungan telefon, seperti disitat dari The Guardian, Jumat (3/2/2017).

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search