Uniknya Kisah Asmara Frederick Gebze dengan Rini Dewarusi Nebore: Cinta Tumbuh Saat Demo ...

otononominews.com (MERAUKE) - Perjalanan asmara Rini Dewarusi Nebore dengan Frederick Gebze yang kini adalah Bupati Merauke ternyata penuh romantika dan diwarnai dengan kisah perjuangan menegakkan reformasi di negeri ini. Diawali dengan tatapan mata secara tidak sengaja, lalu berdemo bersama pada 1998 yang berujung pada jatuhnya pemerintahan Soeharto, cinta Fredy- Rini makin lengket, hingga sampai ke pelaminan.

Perbedaan usai terpaut jauh, sepuluh tahun di bawah Fredy,  tidak menjadi penghalang bagi Rini untuk menjatuhkan pilihannya kepada Freddy sebagai pendamping hidup dalam menempuh kehidupan berumah tangga.

"Waktu itu saya masih sekolah SMA, dan bapak (Fredy –red) kuliah di Institute Nusantara di Penas Jakarta Timur," ujar Rini.

Puteri kelahiran Sorong Papua, tapi besar di Jakarta ini mengaku, pertemuannya dengan Fredy saat Fredy masih aktivis gerakan mahasiswa Forkot (Forum Kota).

"Tahun 1998 itu saya masih SMA, tapi sudah sering diajak demo, karena bapak aktivis Forkot," ungkapnya.

Frederick Gebze, Bupati Merauke periode 2016-2021 ini pun mengungkapkan hal senada.

"Pertemuan saya dengan Rini, terjadi tahun 1998, ketika saya aktifis Forkot,  yang benar-benar membela masyarakat jalanan," ungkap Fredy.

Fredy menyebut perjalanan cinta mereka memang terjadi saat puncaknya demo pro reformasi yang berujung jatuhnya rezim  Orde Baru di bawah Soeharto. Fredy yang saat itu merupakan aktivis gerakan mahasiswa Forkot (Forum Kota) sering mengajak Rini untuk berdemontrasi.  Fredy mengaku, dalam perjalanannya mengikuti demo itu, kepalanya pernah "bocor" tertembak.  Yang menarik, proses penyembuhannya tanpa operasi di rumah sakit, tapi dijahit sendiri di pinggir jalan.

Ketemu Rini di Kalibaru Jakarta, kata Fredy, mereka sama-sama sering mengamati dan memandang. Fredy pun mengaku tertambat hatinya pada gadis berdarah campuran Papua dan Jawa ini.

"Saat itu saya memakai topi, mungkin dia melihat saya terlihat gagah. Saya melihat Rini sedang mengulek sambal. Saling memandang, dari mata langsung jatuh hati. Tapi Rini sempat terkejut saat saya buka topi, ternyata kepala saya botak," ujarnya.

Fredy mengaku, hal yang disukainya, Rini sangat pemalu dan tidak banyak bergaul sama orang orang sekitar.

Suatu saat, lanjut dia, ketika Rini sedang mencuci pakaian, cuaca sedang panas,  Fredy pun menawarkan minum es dan makan bakso di Kalibaru Kemayoran, Jakarta.

"Karena saat itu Rini sedang batuk, dia pun menolak. Saya bilang ini es campur cinta, maka dia mau menemani," katanya.

Selanjutnya, meskipun diantara mereka sudah saling jatuh hati, namun karena Fredy menghargai keluarga Rini yang menginginkan agar meneruskan kuliahnya, maka Fredy pun hubungan dilanjutkan sebagai saudara, sampai akhirnya Rini selesai kuliah kemudian menikah.

"Kami hidup berdua sangat sederhana.  Makan nasi putih dengan kuah soto dan sayur sawi, yang membuat kami menyatu hidup dalam kesederhanaan. Kami menganggap itu bukan penderitaan, tapi adalah derita yang harus dilalui untuk diceritakan kepada orang menjadi berita," tutur Fredy.

Fredy pun mengungkapkan, ketika dirinya menjadi dosen dan mempunyai fasilitas yang cukup, Rini justru ingin pindah ke Merauke.  

"Karena banyak saudara-saudara disana yang masih membutuhkan. Padahal Rini belum tahu Merauke, saya pun berbohong bahwa Merauke indah, ada laut biru dan gunung-gunung,"

Fredy mengaku bersyukur memiliki isteri yang mau diajak mengarungi bahtera rumah tangga dalam suka duka serta jatuh bangun silih berganti.

"Selama hidup berdua, kami banyak mengalami gelombang kehidupan, mulai dari persoalan pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Berkali kali ada cobaan menerpa untuk menggoncang rumah tangga, tapi selalu berusaha menjadi sebuah keluarga. Tak hanya itu, kita juga mengajarkan kepada orang lain untuk menjaga keluarga serta mengekeluargakan orang lain," Freddy menutup ceritanya.

Let's block ads! (Why?)