Senin, 27 Maret 2017

Baracas, Kisah Geng Patah Hati

APA jadinya jika puluhan pria patah hati berkumpul? Apakah mereka akan melakukan tindakan anarkistis? Keresahan pun terjadi, terutama dari kalangan ibu-ibu. Mereka ingin geng patah hati itu dibubarkan karena anak laki-laki mereka banyak yang kabur dari rumah.

Namun tenang saja, hal ini hanya terjadi pada film "Baracas" yang mulai tayang Kamis 23 Maret 2017 lalu di bioskop. Film komedi besutan Pidi Baiq dan produksi Max Pictures itu menghadirkan fenomena geng pria yang mengalami patah hati. Mereka menamakan diri sebagai Baracas alias Barisan Anti Cinta Asmara.

Kisah "Baracas" dimulai dari Ajo (Ajun Perwira) yang mendapati kekasihnya, Wini (Stella Cornelia) selingkuh. Sakit hati, Ajo pun memutuskan kabur dari rumah dan meninggalkan Ibu Asih (Cut Mini). Teriakan sang ibu yang melarang Ajo pergi, tak digubris. Ajo kabur menuju markas besar Baracas.

Di markas, Ajo bertemu antara lain pemimpin Baracas, Agus (Ringgo Agus Rahman), Jubir (Budi Doremi), dan Deni (Eddi Brokoli). Mereka dihormati anggota Baracas sebagai yang dituakan. Singkat kata, Ajo diterima sebagai anggota Baracas. Bagi mereka, perempuan itu tidak ada gunanya, dan hanya bisa bikin sakit hati. Untuk itulah, perempuan harus dijauhi, kecuali ibu dan saudara.

Hari-hari Ajo bersama Baracas berlangsung bahagia. Di kota, para ibu-ibu menggelar demo menuntut Baracas dibubarkan karena satu per satu anak lelaki mereka menghilang untuk bergabung dengan Baracas. Suatu hari tanpa sengaja, Wini bertemu Sarah (Tika Bravani), perempuan yang menolak Agus.

Mereka menggalang kekuatan agar Ajo mau kembali kepada Wini. Selain itu, Sarah mulai merasakan kangen terhadap Agus yang selalu baik kepadanya.

Alhasil, para perempuan menggalang kekuatan. Mereka mendaulat Sarah untuk mulai menggoda Agus agar Baracas dibubarkan. Selain Sarah, para mantan juga mulai menghubungi pria-pria di Baracas.

Kekompakan Baracas mulai runtuh. Apalagi, Deni kedapatan berkhianat. Hal ini membuat Baracas mulai goyah.

Diam-diam Agus juga senang karena Sarah menghubunginya. Hal ini membuat Jubir tidak suka. Bagi dia sebagai pendiri Baracas—seharusnya Agus mempererat kekuatan anggota Baracas. Jubir berprinsip, pokoknya Baracas sampai mati. Alhasil, perpecahan geng patah hati ini pun tak bisa dihindari.

Apakah Agus akan bersama Sarah? Bagaimana pula dengan eksistensi Baracas?

Kental kesundaan
Film "Baracas" menjadi film debut sutradara Pidi Baiq. Kisahnya diangkat dari novel dan lagu "Baracas" yang dibawakan band The Panas Dalam. Unsur komedi yang dibalut bumbu kesundaan menjadi kekuatan kisah "Baracas". Bagi orang Bandung atau Sunda, menyaksikan film "Baracas" akan terasa dekat dengan keseharian karena dialog disajikan dengan dialek Sunda yang kental.

Selain itu, hadir pula seniman asal Sunda, seperti anggota P-Project –antara lain—Iang Dharmawan, Daan Aria, dan Rully, serta personel grup lawak Urban, yakni Elmi, Wanda, dan Ronny. Mereka menjadi bumbu yang menarik untuk kisah "Baracas", terutama Rully yang sukses mencuri perhatian. Jangan lupakan akting Ringgo Agus Rahman dan Ajun Perwira yang harus terlihat lucu tanpa harus melakoni adegan slapstick.

Seusai pemutaran terbatas "Baracas" di Jalan Cihampelas Kota Bandung, Senin 20 Maret 2017, Produser Eksekutif Iang Dharmawan mengungkapkan, "Baracas" adalah sebuah dongeng fiktif. Namun, dasarnya adalah melihat komunitas di Kota Bandung yang kerap diaya-ayakeun. Hal ini, kata Iang, sebenarnya positif karena lebih baik bikin komunitas daripada hanya diam di rumah. Biasanya kalau ada komunitas, lahirlah kegiatan yang bermanfaat.

"Film ini memang komedi dengan alur yang khas Pidi Baiq. Hasilnya, sudut pandang komedinya berbeda jika dibandingkan dengan film komedi lainnya. Kami bukan menampilkan komedi slapstick," ungkap Iang yang berperan sebagai Pak RT pada film "Baracas".

Menurut Iang, semua pemain yang terlibat, berakting natural. Mereka tidak memakai jasa pelatih akting karena tak ingin dibuat-buat. Hasilnya, memang semua pemain berlakon mengalir mengikuti skenario yang ditulis Pidi Baiq dan Tubagus Deddy. Chemistry antarpemain juga terjalin kuat karena kesamaan latar belakang sebagai orang Sunda.

Dari segi visual, "Baracas" mengeksplorasi Kota Bandung yang kini semarak dengan banyak ikon. Selain menampilkan Jalan Asia Afrika dan sekitarnya, film ini juga menghadirkan Jalan Siliwangi, Teras Cikapundung, dan kesejukan kebun teh di Bandung Selatan.

Pada akhirnya film "Baracas" menjadi film komedi yang seharusnya dinikmati dengan rileks. Seperti pesan Pidi Baiq, "nontonlah dengan mata terbuka, dan hati yang ditutup. Jangan pakai perasaan biar enggak baper (terbawa perasaan)".***

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search