Musibah dan kemalangan tak terperi bakal mencengkeram orang yang berani menebang pohon ulin di rimba Dayak ini. Kutukan itu akan menjalar ke anggota keluarganya. Tak ada ampun.
Di belantara yang keramat dan sarat kehidupan, mitos ini lestari. Suatu hari Temanggung Buleng, seorang pejabat dari desa seberang, terpesona dengan pohon-pohon ulin di hutan ini. Rasa ingin memiliki timbul di benaknya, ditebanglah pohon di situ.
Meski merasa sebagai penemu, ternyata Temanggung Buleng bukanlah orang pertama di hutan ulin ini. Belantara ini sudah ada yang mendiami. Namun penebangan ulin dilakukan tanpa permisi ke orang yang menjaga hutan ini. Perang mulut terjadi, keluarlah kutukan kepada Temanggung Buleng dan siapapun yang bertindak seperti dia.
"Barang siapa yang menebang pohon ini maka mereka akan kena musibah, atau hal yang buruk akan menimpa keluarganya," kata salah seorang masyarakat Mungku Baru, Edo, saat berbincang dengan detikcom, Senin (6/3/2017).
Edo, bernama asli Armadiyanto (39), adalah masyarakat di Kelurahan Mungku Baru, Rakumpit, Kalimantan Tengah. Dia sedang menceritakan kisah yang dituturkan dari mulut ke mulut. Sebagai orang Dayak Ngaju di Mungku Baru, Edo hafal betul kisah itu.
Legenda hutan larangan itu membuat pohon yang ditebang orang, ditinggal begitu saja sampai lumutan. Orang-orang tak mau mengambilnya karena takut kena tulah.
Foto: Siti Maimunah dan Hutan Adat Ulin Mungku Baru (Dok. pribadi Siti Maimunah) |
Mitos menjadi pagar bawah sadar, membentengi niatan-niatan berengsek yang muncul dari hati siapapun. Mitos pula yang ikut menjaga hutan adat ulin masyarakat Dayak Ngaju Mungku Baru tetap lestari.
"Masyarakat Mungku Baru menjaga kelestarian hutan. Ulin tetap aman," kata Edo yang juga salah satu pengelola hutan adat ulin Mungku Baru.
Tapi sayang, ada saja yang tak sopan. Hutan ulin terancam digasak orang-orang tak bertanggung jawab. Kepentingan-kepentingan jahat berpotensi merambah hutan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar