Reportase Ruspeni Daesusi
Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya
ADA pesan tersirat dari selembar demi lembar daun. Daun-daun dengan ketetapan hijau warnanya, memiliki peranan besar dalam peristiwa mendaur ulang oksigen, senyawa utama di mana tanpanya makhluk bumi tak akan ada daya bernapas.
Ranting meranggas beserta luruhnya nuansa hijau, bukanlah suatu kebetulan. Terdenting sinyal bahwa situasi bumi tak lagi ramah bagi kehidupan. Manusia dengan karunia Allah atas akalnya, wajib memainkan tugas penting mengobati dan memulihkan kesakitan bumi.
"Tak ada selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan sang Maha Pencipta." Kalimat indah penuh makna. Bersumber dari Kalamullah yang tertuang dalam surat Ar Ruum. Seorang siswi SMK duta ecoliteracy mengucapkannya di sela narasi singkatnya memperkenalkan ecoliteracy.
Hari itu, Sabtu, 25 Maret 2017, di area mangrove Wonorejo Surabaya, siswa-siswi SMA dan SMK peserta terpilih grand final menyuarakan gagasan mengolah lingkungan, sebagai wujud ekspresi kecintaan terhadap lingkungan. Mereka berlomba di hadapan juri Pemilihan Duta Ecoliteracy dan Recycle Custom Show.
Acara yang dihelat Universitas Muhammadiyah Surabaya bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya ini bertajuk Mangrove Art and Science Festival, merupakan satu di antara rangkaian acara milad ke 33 Muhammadiyah.
Festival musik berlangsung pula di area yang sama, disaksikan secara terbuka oleh pengunjung yang mungkin baru pertama menginjakkan kaki di mangrove Wonorejo.
Mangrove merupakan komunitas penjaga daratan dari terjangan gelombang laut. Kelestariannya harus dipertahankan. Seperti apa wujud tumbuhan ini, bagi warga Surabaya, tengok saja keberadaannya di ujung timur wilayah Kecamatan Wonorejo. Tinggalkan mobil, anda bisa menyisirnya beramai-ramai dengan berwisata perahu. Hmmm… asyik lho...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar