Senin, 12 Juni 2017

Abu Nawas Versi Jawa

DALAM penelitian saya terhadap apa yang disebut sebagai humor, tampil nama-nama mulaI dari Diogenes, Falstaff, Sancho Pancha, Semar, Petruk, Gareng, Bagong, Togog, Bilung sampai Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami alias Abu Nawas.  

Abu Nawas merupakan salah satu pujangga terbesar sastra Arab klasik. Tokoh Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam. Abu Nawas termashur sebagai tokoh arif bijaksana sekaligus jenaka seperti Gus Dur.

Abu Nawas tersohor ke segenap penjuru dunia termasuk Indonesia sampai ke pulau Jawa. Maka di situs SCRIBD.com sempat termuat sebuah kisah melibatkan Abu Nawas versi Jawa sebagai berikut:

Alkisah, Sri Sultan merasa jemu maka memanggil Perdana Menteri, "Heh PM , siapa paling pandai saat ini?".

"Abu Nawas!" jawab sang PM.

Maka Sri Sultan memanggil Abu Nawas lalu bertitah: "Kalau kamu pandai, coba buat satu cerita seratus kata tapi setiap kata mesti dimulai dengan huruf 'J'!" .

Terperanjat lah Abu Nawas. Namun akibat tidak ada matinya, dia pun mulai berkisah:

Jeng Juminten janda judes, jelek jerawatan, jari jempolnya jorok. Jeng juminten jajal jualan jamu jarak jauh Jogya-Jakarta. Jamu jagoannya: Jamu Jago  

"Jamu-jamuuu , jamu jago, jamu jago!" Juminten jerit- jerit jajakan jamunya, jelajahi jalanan.

Jariknya jatuh, Juminten jatuh jumpalitan. Jeng Juminten jerit-jerit: "Jarikku jatuh, jarikku jatuh..."

Juminten jengkel, jualan jamunya jungkir-jungkiran, jadi jemu juga.

Juminten jumpa Joko, jejaka Jawa jomblo, juragan jengkol, jantan, juara judo. Jantungnya Jeng Juminten janda judes jadi jedag-jedug. Juminten janji jera jualan jamu, jadi julietnya Joko.

Johny justru jadi jealous. Juminten jadi juliet-nya Joko. Johny juga jejaka jomblo, jalang, juga jangkung. Julukannya, Johny Jago Joget.

"Jieehhh, Joko jejaka Jawa, Jum?" joke-nya Johny. Jakunnya jadi jungkat-jungkit jelalatan jenguk Juminten.

"Jangan jealous, John..." jawab Juminten Jumat, Johny jambret, jagoannya jembatan Joglo jarinya jawil-jawil jerawatnya Juminten.

Juminten jerit-jerit: "Joko, Joko, Johny jahil, jawil- jawil!!!" Joko jumpalitan jalan, jembatan juga jemuran. Joko jegal Johny, Jebreeet..., Joko jotos Johny. Jidatnya Johny jenong, jadi jontor juga jendol... jeleekk.

"John, jangan jahilin Juminten...!" jerit Joko... Jantungnya Johny jedot-jedotan,

"Janji, Joko, janji... Johnny jera..." jawab Johny,

Juni, Joko jadikan Johny join jualan jajajan jejer Juminten. Johny jadi jongosnya Joko-Juminten, jongkok jagain jualan jus jengkol jajanan jurumudi jurusan Jogja-Jombang, julukannya Jus Jengkol.

Johny "jolly-jolly jumper "Jumpalagi, Jok...!!!

Jangan joba-joba jikin jerita jayak jini jagi jeh...!!! jusah jamit-jamit jabang jayi!.

Meski kisah tersebut melibatkan Abu Nawas namun jelas bahwa sang penggubah kisah tersebut bukan Abu Nawas namun seorang warga Indonesia yang benar-benar menguasai bahasa Jawa sehingga mampu menggubah sebuah kisah terdiri dari kata-kata yang semuanya berawal dengan huruf "J" yang hanya bisa dikisahkan eksklusif dalam bahasa Jawa.

Sebagai penggagas Humorologi, saya pribadi sangat menghargai, menghormati, dan mengagumi daya kreativitas sang penggubah kisah Abu Nawas versi Jawa berkisah di hadapan Sri Sultan tentang Jeng Juminen dengan konsekuen dan konsisten menggunakan kata-kata berawal "J" meski di akhir kisah sempat main curang saking kehabisan kata-kata berawal "J". [***]

Penulis adalah penulis Humorologi, Kelirumologi, Alasanologi dan dalam persiapan: Malumologi

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search