/data/photo/2017/06/10/2951961580.JPG)
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai Ibu Kota, Jakarta merupakan etalase dari Indonesia. Keadaan ini yang menjadikan Jakarta harus menunjukkan performa terbaiknya.
Selain masalah ekonomi, transportasi, hingga pembangunan, Jakarta bergelut dengan masalah lingkungan dan kebersihan. Beban Ibu Kota yang memasuki usia 490 pada tahun ini seolah semakin bertambah.
Apalagi, jika warga tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab bersama memelihara Ibu Kota, misalnya, warga ingin melihat Jakarta bersih dan indah, tetapi belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.
Untungnya, Jakarta kini memiliki "pasukan khusus" yang merawatnya. Pasukan ini memelihara Ibu Kota seperti memelihara anak sendiri.
Ada yang berseragam oranye, biru, hijau, kuning, putih, serta hitam. Ada pula yang disebut "pasukan ungu" meskipun tidak mengenakan seragam berwarna ungu.
Mereka yang bercucur keringat demi melayani warga Jakarta. Mereka yang bekerja bukan untuk Jakarta semata, tetapi juga untuk keluarga yang menunggu di rumah.
Kerja keras mereka...
Pasukan biru yang berkutat dengan sampah dan lumpur di gorong-gorong demi saluran air yang mengalir tanpa hambatan.
Demikian juga dengan pasukan oranye yang tak jarang masuk gorong-gorong untuk membersihkan sampah.
(Baca juga: Pasukan Oranye: Alhamdulillah, Kami Bisa Jadi Contoh)
Menyapu jalan tanpa memikirkan panasnya terik matahari atau debu yang memenuhi udara Jakarta. Mereka berusaha membuat Jakarta bersih dan terbebas dari sampah.
[embedded content]
Di lain pihak, pasukan kuning menjadi garda terdepan yang menguru kondisi jalan dan jembatan Ibu Kota.
Mereka pula yang membuat kita selamat sampai rumah karena tak ada lubang yang dibiarkan menganga di jalanan Jakarta.
Kemudian, saat kita melihat hijaunya taman di sudut-sudut Jakarta, sedianya ingat akan pasukan hijau.
Merekalah yang bekerja sebagai pasukan khusus penjaga taman. Salah satu tugas mereka adalah menjaga kebersihan Bundaran Hotel Indonesia yang mereka sebut sebagai warisan sejarah Jakarta.
Di samping itu, pernahkan Anda menyadari bahwa pengemis atau pengamen di Jakarta semakin berkurang?
Kita hampir tak pernah menjumpai mereka di perempatan lampu merah atau pun jembatan penyeberangan bukan?
Kondisi ini tak lepas dari peran pasukan ungu yang setiap hari menertibkan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), seperti gelandangan, pengamen, hingga orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), yang berkeliaran di ruas jalan Ibu Kota.
(Baca juga: Suka Duka "Pasukan Ungu" Tangani Gelandangan di Jakarta)
Tak hanya itu, mungkin sebagian dari Anda belum pernah mendengar nama palang hitam. Mereka memang jarang terdengar di media sosial atau pemberitaan. Namun, mereka melakukan pekerjaan yang mulia.
Palang hitam atau bisa juga disebut pasukan hitam, adalah orang-orang pertama yang akan mengurus jenazah warga yang ditemukan di Ibu Kota.
Meskipun jenazah tersebut ditemukan tanpa identitas, pasukan hitam akan mengurusnya hingga ke tempat peristirahatan terakhir.
(Baca juga: Mengenal Palang Hitam, Pasukan Pemburu Mayat sejak Zaman Belanda)
Selain pasukan-pasukan itu, ada pasukan yang terbilang baru dibentuk tetapi sangat membantu.
Mereka adalah pasukan putih yang membantu warga untuk mengurus antar-jemput perizinan. Dengan jasanya, mengurus perizinan kini menjadi lebih cepat.
Kisah-kisah perjuangan " pasukan penjaga Ibu Kota" dalam merawat Jakarta ini dapat Anda ikuti lebih jauh dalam Visual Interaktif Kompas,Pasukan Penjaga Ibu Kota.
[embedded content]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar