Usai lebaran, Ruksamin memenuhi undangan pemerintah kota Seoul, berkunjung ke Korea Selatan. Lima hari di negeri ginseng, Bupati Konawe Utara itu pulang dengan sebuah pengalaman spritual berharga.
Ramadhan, JakartA
Senyum Bupati Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) Ruksamin merekah Selasa (11/7) siang itu. Wajahnya cerah. Ia baru sehari tiba di tanah air setelah berkunjung ke Seoul, Korsel. Di negeri gingseng itu, ia mengurus urusan kerjasama. Itu dalam kapasitasnya sebagai kepala daerah. Sebagai muslim, ia tetap rutin melaksanakan ibadah wajib, salat lima waktu.
Lima hari berada di kampung Lee Min Ho itu, Ruksamin sempat merasakan pengalaman spritual berharga. Di hari ke empat di Korea, ia menyempatkan diri mengunjungi sebuah masjid terbesar di Distrik Itewoon, salah satu wilayah di Kota Seoul yang memang punya masjid
megah. Seluruh umat Islam dari berbagai belahan dunia yang ada di Korsel, biasanya datang beribadah di masjid itu.
Tidak ada label khusus untuk menyebut nama masjid tersebut. Hanya lafaz Allah Akbar dengan aksara Arab, yang sangat besar tertulis di pilar masjid. Ruksamin menggambarkan bila masjid itu berada di daratan tertinggi wilayah tersebut. Sebab manakala berada di masjid, mata bisa melihat pemandangan kota megapolitan tersebut dari ketinggian.
Sebelum menuju masjid, ia sempat rehat sejenak di salah satu rumah makan Indonesia, tak jauh dari penginapannya. Ia bertemu seorang pria berkebangsaan Malaysia bernama Syamsul Arifin yang sudah 23 tahun tinggal di Korsel. Tapi Syamsul juga pernah tinggal di beberapa daerah di Indonesia. "Saya akrab dengan Syamsul. Saya pernah bertemu dia di masjid itu kala ke Korsel pertamakali," ujar Ruksamin saat bertemu wartawan Kendari Pos di Jakarta.
Kepada Ruksamin, Syamsul menyebut dirinya akan pergi salat di masjid lain di kota yang sama karena diminta untuk menjadi imam. Sepeninggal Syamsul, Ruksamin bergegas ke masjid. Sebelum masuk, ia bertemu beberapa warga negara lain yang hendak ke masjid. "Ada dari Turki, Yaman, Uzbekistan, Korsel dan lainnya. Kami berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Tentu saja mereka tidak ada yang tahu kalau saya bupati," kata Ruksamin sambil tertawa.
Saat tiba di dalam masjid, ia disilahkan pengurus masjid untuk mengkumandangkan adzan. Ia sempat tidak percaya. Karena saat itu jamaah masjid sangat banyak. Ia pun sempat menolek kanan dan kiri, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang diminta untuk adzan. Ia pun langsung maju. Tanpa mengecek mikrofon lebih dulu, mantan Wakil Ketua DPRD Konut ini langsung mengkumandangkan panggilan untuk salat maghrib, sekira pukul 19.56 waktu setempat.
Ternyata tanpa sepengetahuannya, banyak jamaah yang merekam saat ia mengumandangkan adzan. Video itupun baru ia ketahui setelah rombongannya membagikan video tersebut di sebuah group media sosial. Menurutnya, beberapa jamaah merasakan ketegangan spritual saat ia jadi "Bilal". Entah karena suara atau hal lain. Apalagi seusai adzan, ia tidak langsung meninggalkan masjid. Ia menyempatkan diri bercerita dengan jamaah lain dari berbagai negara yang salat di masjid itu.
"Hampir sejam ngobrol sama pengurus masjid dan jamaah lain," kisah pasangan Raup itu. Sebelumnya ia memang sudah pernah sekali melaksanakan salat di masjid itu. Hanya saja tidak diminta untuk adzan. Baru Sabtu (8/7) itu ia diberikan bahasa isyarat oleh pengurus masjid untuk adzan.
Menurut Ruksamin, dirinya juga pernah mengumandangkan adzan saat melaksanakan salah satu rukun haji, yakni wukuf di Arafah, 2016 lalu. Saat sedang wukuf, ia diminta untuk mengumandangkan adzan. Jamaahnya saat itu sekitar 600 orang. "Adzannya pakai pengeras suara juga," ujar dia.
Kebiasaannya mengumandangkan adzan bukan secara tiba-tiba. Ruksamin memang kerap adzan di Masjid Raya Konut. Jadi warganya tidak kaget lagi bila mengetahui ia adzan di tempat lain. Ia mulai jatuh cinta untuk adzan saat duduk di bangku SMA. Saat itu, ia mulai menjadi pengurus salah satu masjid di Konawe. Biasanya ia diberikan beberapa liter beras setiap bulan karena mengurus seluruh kebersihan masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar