Senin, 03 Juli 2017

Kisah Inspiratif Handra Warga Negara; Pagawai Bank yang jadi Saksofonis di Akhir Pekan

PROKAL.CO, Kegemaran mendengarkan musik saksofon sejak remaja menumbuhkan kecintaan Handra Warga Negara terhadap alat musik tiup ini. Berawal dari iseng memiliki, kecintaan tersebut berkembang menjadi hobi yang menghasilkan.

LUKMAN MAULANA, Samarinda

Sejak dua tahun terakhir alat musik berwarna keemasan yang mirip terompet itu terus menemani Handra. Meski begitu, saksofon sudah jadi bagian tersendiri dalam hidup pria kelahiran Samarinda, 15 November 1993 ini. Bukan sekadar hobi, Handra serius menggelutinya sebagai profesi di waktu senggang. Dari saksofon, dia bisa menambah pundi-pundi rupiah.

"Rata-rata dalam sebulan bisa dapat Rp 4 jutaan," beber Handra saat ditemui Metro Samarinda (Kaltim Post Group).

Dia mengisahkan, walau baru memiliki saksofon secara fisik sejak dua tahun terakhir, ihwal kegemaran terhadap alat musik yang terbuat dari logam ini bermula sejak duduk di bangku SMP. Awalnya Handra hanya suka mendengarkan musik-musik saksofon yang dimainkan para saksofonis dunia. Di antaranya Kenny G, Kirk Whalum, dan Dave Koz.

"Waktu itu cuma suka dengar saja karena menurut saya irama musiknya terdengar indah," jelas Handra.

Sebelum menjadi saksofonis seperti sekarang, Handra sempat mempelajari alat-alat musik lainnya. Di antaranya gitar dan juga terompet. Di bangku sekolah menengah, dia bergabung dalam ekstrakurikuler marching band Yayasan Sumber Mas. Kemudian sempat terlibat dalam Perserikatan Drum Band Indonesia (PDBI) Samarinda.

"Di marching band saya pegang terompet. Jadi waktu itu sudah mulai mempelajari alat musik tiup," sebutnya.

Baru kemudian di semester terakhir kuliah tahun 2015, keinginan untuk mempelajari saksofon muncul. Handra mengaku kala itu iseng saja untuk mengisi waktu senggang. Dengan merogoh kocek penjualan sepeda motornya, dia mendapatkan saksofon pertama yang dibeli di salah satu toko musik di Kota Tepian. "Buatan Tiongkok, harganya Rp 5 jutaan," tambah Handra.

Pertama kali memegang saksofon, tentu bukan langsung membuatnya lihai meniup dan memainkan tombol-tombolnya. Malahan Handra sempat bingung mempelajarinya lantaran saksofon bukanlah alat musik yang awam di masyarakat. Handra lantas mulai mencari informasi-informasi pemain-pemain saksofon yang ada di Samarinda untuk mengenal lebih jauh alat musik buatan Adolphe Sax ini.

"Saya lalu bertemu dan berkenalan dengan seorang teman yang mahir bermain saksofon. Saya banyak belajar dari dia, berbagi pengalaman tentang bermain saksofon," urainya.

Hari-hari Handra belajar saksofon pun dimulai. Bukan hanya belajar dari temannya tersebut, dia juga belajar secara autodidak melalui internet. Berbagai video saksofon yang beredar di dunia maya menjadi "santapan" Handra untuk semakin memperdalam kemampuannya meniup. Ketiadaan tempat kursus membuat Handra berpikir kreatif dan memanfaatkan berbagai media belajar yang ada.

"Termasuk berkumpul dengan teman-teman pemain saksofonis lainnya di komunitas Saxophone of Borneo yang beranggotakan 15 orang di Samarinda," terang pemuda 24 tahun ini.

Berlatih saksofon sendiri menurut Handra bukanlah hal yang mudah. Harus tekun dan punya kemauan yang kuat untuk berlatih. Ini dirasakan benar oleh Handra yang mengaku sempat merasa bosan saat berlatih. Pasalnya, ada bagian-bagian tertentu dalam berlatih yang membuatnya mesti meniup dalam jangka waktu yang lama.

"Namanya long tone, memainkan satu nada bisa memakan waktu yang tidak sebentar. Biasanya ini yang bikin jenuh. Tapi kalau jenuh biasanya saya istirahat sebentar," ungkap Handra.

Namun dengan prinsip kerja keras dan tekun berlatih, kemampuan anak kedua dari tiga bersaudara ini semakin terasah. Sehingga dalam tempo empat bulan, dia sudah mulai mahir bermain saksofon. Padahal Handra tidak berasal dari latar belakang keluarga pemusik. Kemampuan yang dia miliki berasal dari ketekunannya berlatih.

Dengan kemampuan bermusik itu, Handra mulai dilirik untuk tampil memainkan saksofon di panggung musik. April 2015, dia mulai tampil mengisi acara di Aston Samarinda Hotel & Convention Center. "Waktu itu saya diminta menggantikan teman saya tersebut menjadi saksofonis dalam band yang tampil di sana. Kebetulan teman saya berhalangan," kenangnya.

Dari awal, niat Handra hanya iseng mempelajari saksofon. Makanya dia tidak menyangka ketika dipercaya tampil di acara musik. Apalagi mesti bermain di hadapan banyak penonton. Karena itu diakui Handra, ada perasaan gugup saat pertama kali tampil di depan publik. Namun dia tetap tenang dan  bermain sebaik mungkin.

"Awal-awal tampil, saya lebih banyak mengikuti permainan teman-teman lainnya. Apalagi porsi musik saksofon tidak terlalu banyak dalam permainan di band," urai Handra.

Dari situlah nama Handra mulai dikenal sebagai pemain saksofon. Dia kerap diminta tampil mengisi berbagai acara di banyak tempat. Di antaranya di hotel, kafe, atau di acara pernikahan. Bahkan dia mengisi acara-acara musik reguler di kafe-kafe yang ada di berbagai sudut Kota Tepian. Bukan hanya bermain secara grup, Handra juga kerap tampil secara solo.

"Sukanya sih tampil bareng teman-teman di grup karena rasanya lebih ramai," papar penggemar menu lontong sayur ini.

Lewat aktivitasnya tersebut, Handra bisa memiliki penghasilan sendiri. Dari pendapatannya, pehobi futsal ini bisa membeli saksofon keduanya, merek Bundy II buatan Amerika Serikat di akhir 2015. Kemandirian Handra sendiri sudah terlihat jauh sebelum dia berkenalan dengan saksofon. Sebelumnya dia sudah bekerja di beberapa tempat meski masih berstatus mahasiswa.

"Saya pernah kerja pada bidang IT di hotel dan perusahaan telekomunikasi," sambung Handra.

Kegiatannya bermain tampil di berbagai acara sebagai saksofonis terus dilakoninya hingga lulus kuliah di tahun yang sama. Namun sejak mulai bekerja sebagai pegawai di salah satu bank BUMN di Samarinda tahun 2016, intensitas penampilannya mulai berkurang. Kesibukan bekerja menangani para nasabah membuatnya tak lagi mampu bermain secara reguler di malam hari.

"Sejak bekerja di bank, saya lebih banyak tampil bermain saksofon di akhir pekan saja. Di acara-acara khusus atau di acara-acara pernikahan. Biasanya saya bermain bersama Ade & the Project," kata dia.

Namun sebagai pegawai bank dengan seabrek kegiatan, ada kalanya Handra mesti absen meniup saksofon. Misalnya saat akhir bulan, ketika sibuk mengurus laporan bulanan, mau tidak mau dia mesti merelakan tidak tampil dalam acara yang sudah terjadwal. Lazimnya bila hal ini terjadi, Handra segera berkoordinasi dengan pemain saksofon lainnya untuk menggantikan posisinya.

"Kalau saya berhalangan, saya langsung menghubungi teman saya yang bisa menggantikan saya bermain," tegas Handra.

Dia mengungkap, rekan-rekannya di bank mengetahui profesinya sebagai saksofonis. Kata Handra, rekan-rekannya mendukung apa yang dilakukannya dengan alat musik yang identik dengan musik jaz tersebut. Bahkan dia pernah tampil dalam acara yang digelar bank tempatnya bekerja itu.

Meski identik dengan musik jaz, Handra menyebut saksofon bukan hanya alat musik yang diperuntukkan bagi jenis musik tersebut. Melainkan juga bisa dimainkan untuk jenis-jenis musik lainnya seperti musik pop.

"Misalnya saat tampil di acara pernikahan, jenis musiknya bergantung dari permintaan yang punya acara," lanjutnya.

Bagi Handra sendiri, saksofon sudah menjadi bagian dari hidup. Dia mengaku akan terus bermain saksofon baik sebagai hobi maupun sebagai sebuah profesi. Harapannya, ke depan dia bisa semakin mengasah kemampuan bermusik saksofon yang digelutinya. Kalau bisa, dia ingin memiliki proyek musiknya sendiri.

Kata Handra, banyak kesan dan pengalaman yang didapatkannya sejak memegang alat musik ini. Di antaranya bisa bertemu dengan musisi-musisi di Samarinda yang semakin menambah wawasannya. Sementara dukanya, yaitu ketika dia mengalami seriawan. Karena dengan kondisi seriawan, Handra tidak bisa menempelkan mulut untuk meniup saksofon.

"Bila sudah begitu mau tidak mau saya mesti menunggu sampai seriawan sembuh," pungkas pria yang bakal melepas masa lajangnya dengan menikahi kekasih hatinya, Arinda Ginniza Wistira pada 9 Juli mendatang ini. (***)

TENTANG HANDRA

Nama: Handra Warga Negara

TTL: Samarinda, 15 November 1993

Ortu: Rusdiansyah (ayah), Yanizar Saleh (ibu)

Saudara: Hangga Nugraha Putra (kakak), Rusydah Khairunissa (adik)

Pendidikan:

-          SDN 028 Samarinda (lulus 2005)

-          SMP Kesatuan Samarinda (lulus 2008)

-          SMKN 7 Samarinda (2011)

-          STMIK Wicida Samarinda (lulus 2015)

Alamat: Jalan Panjaitan Perum Citraland Cluster Blooming Dale B3 Nomor 19

 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search