
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Rangkaian kegiatan Masa Orientasi Karakter Siswa (MOKS) SMP Islam Sabilillah Kota Malang dihadiri mahasiswa asing yang kuliah di Universitas Negeri Malang (UM). Mereka adalah Robbiah dari Thailand dan Shadi Lahaleeh dari Palestina, Kamis (20/7/2017).
Yang tampil pertama adalah Shadi, mahasiswa S2 jurusan akuntansi di UM. Berikutnya adalah Robbiah, mahasiswa S2 asal Thailand yang kuliah Bahasa Indonesia. Mereka menceritakan pengalamannya berada di Indonesia kepada para siswa.
"Saya Shadi. Mahasiswa UM jurusan akuntansi. Saya dari Palestina. Aku ora iso Bahasa Inggris," ujar Shadi kepada para siswa. Menurut mahasiswa semester dua ini, ia di UM karena mendapat beasiswa. "Jadi, saya datang ke sini dengan happy learning di Malang," ceritanya.
Kadang ia bertutur dalam Bahasa Inggris. Namun ketika ia izin menggunakan Bahasa Indonesia, para siswa malah terlihat senang. Ia kemudian menceritakan ketika pertama kali di Malang, ada tiga kata yang dihafalkannya.
Hari keempat di Malang, ia berjalan kaki sampai Alun-Alun. Akhirnya sampai pukul 20.00 WIB ia mulai merasa tersesat. Kendala bahasa menjadi tantangan saat itu. Karena warga tidak semuanya bisa berbahasa Inggris.
Padahal asrama di UM tutup pukul 22.00 WIB. Sampai kemudian ia bertemu dengan penjual nasi goreng. Namun ketika ia bicara Bahasa Inggris, penjual nasgor menjawab dalam Bahaa Indonesia atau Bahasa Jawa.
"Boso opo se? Aku ora ero, " kata Shadi menceritakan percakapan dengan bapak penjual nasgor. Tidak disebutkan di jalan apa dia bertemu penjual nasgor itu. Yang jelas, kata kunci saya UM diucapkan. Eh.. bapaknya hanya bilang bagus. Karena dikira ia pesan nasgor, penjual membuatkannya. Padahal ia tidak pesan. Akhirnya penjual nasgor itu pergi.
"Target saya, setahun di Malang saya harus bisa Bahasa Jawa," janjinya. Menurut Shadi, ia pertama kalinya tampil di sebuah acara sharing dengan para siswa. "Ya..senang sekali bisa sharing," jawab Shadi kepada SURYAMALANG.COM usai tampil.
Sedang Robbiah, mahasiswa muslim asal Thailand menceritakan kebanggaannya bisa berbahasa Indonesia. "Jadi, sekarang saya bisa berbahasa Thailand dan Indonesia," katanya bangga. Ia memilih berbahasa Indonesia saat tampil karena ingin memanfaatkan kemampuan Bahasa Indonesianya.
"Indonesia itu negara yang indah. Tak hanya alamnya tapi juga penduduknya," puji dia. Penduduk Indonesia baik hati dan ramah. "Saya sudah tinggal di Malang tiga tahun," kata wanita yang kuliah di UM dengan mendapat beasiswa ini. Menurut dia, awalnya ia mengira Indonesia adalah negara Islam. Tapi ketika ia datang, ternyata tidak seperti yang dibayangkan.
"Suku dan budayanya banyak. Tapi saling menyatu. Ada yang tahu kenapa?" tanya dia ke siswa. Ia menjawab, di Indonesia meski berbeda, tapi tetap satu. Hal itulah yang menyatukan Indonesia sebagai bangsa dan negara. Diceritakan dia, banyak mahasiswa UM di Thailand untuk mengajar Bahasa Indonesia.
"Di Thailand, Bahasa Indonesia diminati. Dan yang datang ke Indonesia banyak dari berbagai dunia untuk belajar Bahasa Indonesia," kata mahasiswa berhijab ini. Karena itu, ia meminta ke siswa untuk bangga pada Bahasa Indonesia. Buktinya, ia merasa beruntung bisa belajar Bahasa Indonesia di Indonesia.
"Nah, adik-adik bisa juga mempelajari budaya asing. Jadi saling mempelajari. Dari hal itu, maka bisa merasakan betapa berharganya budaya Anda. Karena itu, dengan mempelajari bahasa asing, maka bisa lebih mencintai bahasa kita," tutur Robbiah.
Menjelang akhir acara, Robbiah mengajari siswa berhitung 1-10. Tak mau kalah, Shadi juga mengajari anak-anak berhitung dalam Bahasa Arab. Nampaknya para siswa sudah sangat hafal hitungan 1-10 dalam Bahasa Arab. Ini membuat Shadi senang.
"Lebih mudah kan daripada Bahasa Thailand?" candanya dalam Bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar