
Laporan Elfride Siagian
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Disaat Jambi masih di bawah naungan Kerajaan Mataram, Orang Kayo Hitam anak bungsu dari suami istri Datuk Paduko Berhalo dengan Puteri Selaras Pinang Masak selalu memberontak terhadap kerajaan Mataran dan tidak menyetujui pemberian upeti kepada Mataram.
"Orang Kayo Hitam selalu mencegat upeti yang akan diberikan Kerajaan Melayu kepada Kerajaan Mataram," jelas Masgia SH selaku Kepala Bimbingan dan Publikasi Museum Siginjai.
Mengetahui perilaku Orang Kayo Hitam maka Kerajaan Mataram merasa diusik dan mengambil tindakan tegas dengan meyuruh Empu di Pulau Jawa membuat keris khusus guna membunuh Orang Kayo Hitam.
"Untuk membunuh Orang Kayo Hitam dikatakan ramalam ahlli nujum dari Pemalang saat itu butuh Keris khusus yang terbuat dari Sembilan jenis besi, ditempa 40 Jumat dan disepuh dengan air 12 muara," jelas Masgia.
Kekebalan dan kesaktian yang dimiliki Orang Kayo Hitam menjadi alasan dibutuhkan alat khusus untuk membunuhnya. Belum sempat menyelesaikan pembuatan Keris tersebut, Orang Kayo Hitam sudah mengetahui tindakan Raja Mataram dan segera mencari siapa pembuat Keris.
Tak butuh waktu lama Orang Kayo Hitam menemukan Empu pembuat Keris dan meminta Keris tersebut secara baik-baik.
"Empu tidak menyerahkan Keris tersebut dan membuat Orang Kayo Hitam emosi kemudian memintanya secara paksa," tutur Masgia menjelaskan kisah Keris Siginjai.
Setelah perlawanan panjang, akhirnya Raja Mataram menghampri Orang Kayo Hitam dan berupaya melakukan penawaran untuk meredamkan amarah Orang Kayo Hitam.
Raja Mataram kemudian menawarkan untuk menyandingkan Kerjaan Mataram dengan Kerajaan Melayu. Orang Kayo Hitam diperkenalkan dengan putri Raja Mataram yang bernama Puteri Mayang Mangurai.
Tak berpikir panjang Orang Kayo Hitam menerima tawaran Raja untuk bersanding dengan putri Raja. Saat pernikahan itulah Keris Siginjei diberikan kepada Orang Kayo Hitam dan digunakan sebagai Gonjai atau alat untuk menggulung rambut panjang Orang Kayo Hitam.
"Dari kata Gonjai itulah muncul sebutan Ginjei dan kini dikenal Siginjei," jelas Masgia.
Melalui kesaktiaan Orang Kayo Hitam dan segala upayanya kini Kejaan Jambi dapat berdiri dan masyarakat Jambi kini bisa hidup dengan tenang. Melalui sejarah kita mengetahui bahwa Orang Kayo Hitam memiliki kesaktian yang luar biasa.
Hingga kini makam Orang Kayo Hitam yang terletak di pinggir sungai Batanghari masih sering dikunjungi. Orang berziarah dan melepaskan nazar dengan mempersembahkan sesajian. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar