Jumat, 07 Juli 2017

Kisah Pak Lambang Berani Keluar dari Pekerjaan hingga Buka Toko Tiwul dan Gatot

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Membangun usaha tak mudah, harus dimulai dari keberanian melangkah dan ketekunan.

Pengalaman itu sudah dilewati oleh Agus Lambang (43), pemilik toko oleh-oleh tiwul dan gatot 'Pak Lambang' di Jalan Baron km 4, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari,Gunungkidul, Yogyakarta.

Meski sudah memiliki karir bagus di perusahaan pembiayaan kendaraan dan sudah bekerja sekitar 13 tahun, dia berani untuk mengambil keputusan keluar dari perusahaan dan memulai langkah sebagai pengusaha kecil penjual makanan khas tiwul dan gatot, makanan khas Gunungkidul.

Dia melihat adanya peluang dalam banyaknya kunjungan wisatawan ke Gunungkidul. Oleh karena itu, sejak 3 tahun lalu, dia merintis usaha ini bersama istrinya, Ratnasari (35), yang juga memilih keluar dari kasir sebuah toko pakaian besar di kota Yogyakarta.

"Awalnya saya bekerja sambil berjualan gorengan, lalu banting stir berjualan tiwul dan gatot. Pertama kali, saya membuat ukuran kecil dan dijual dititipkan ke penjual di pasar," katanya, Jumat (30/6/2017) lalu.

(Baca juga: Perjuangan Fara Lawan Kanker Kelenjar Getah Bening dengan Peluang Sembuh 30 Persen)

Awalnya rasa yang dibuatnya original, tiwul dicampur dengan gula jawa. Lalu dia memberanikan diri keluar dari tempat kerjanya untuk menekuni usahanya.

Bermodal sepetak tanah di pinggir jalur utama menuju pantai, dia membuka toko kecil. Pun setelah membuka toko, dirinya membuat tiwul beraneka rasa, mulai gula jawa, rasa Nangka, rasa keju, rasa pandan, rasa kopi, dan cokelat.

"Awalnya coba sekali dua kali belum berhasil. Terus berusaha akhirnya berhasil membuat tiwul aneka rasa," ucap lulusan D2 Pariwisata.

Lambang mengatakan, meski usahanya masih tergolong baru. Namun dirinya optimistis bisa mengembangkan usahanya. Memanfaatkan pengalaman marketing, diamulai menyebar brosur dan menandai lokasi usahanya di Google Maps.

Peran istrinya juga besar karena memanfaatkan pengalaman pengalaman manajemen usaha saat menjadi kasir di toko.

(Baca juga: Perjuangan Anak Satpam Bisa Kuliah di UGM dengan Keterbatasan Ekonomi)

Berbeda dengan toko tiwul lainnya, tiwul dan gatot miliknya sengaja dibuat langsung sesuai pesanan sehingga pembeli harus menunggu beberapa saat.

Rasa original dijual dengan harga Rp 12.000 dan yang berasa lain Rp 15.000 per boks. Setiap hari, puluhan boks tiwul dijual. Pada akhir pekan, bisa seratus boks per hari dijualnya.

Tak hanya tiwul dan gatot siap saji, dirinya membuat tiwul dan gatot dalam bentuk instan. Namun, karena tak menggunakan pengawet, penganan jenis ini hanya bertahan 1 hari.

"Saya mengembangkan usaha tak hanya sendiri, banyak makanan yang berasal dari UMKM di sekitar usaha kami. Kami bekerja sama membangun usaha," ucapnya.

Kompas TV Barack Obama Cicipi Mie Lethek Khas Bantul

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search