Kamis, 20 Juli 2017

Kisah Pedih Vincero Yang Gagal Masuk SD Karena Orangtua Tanya Ini

Kapanlagi.com - Pemerintah memang telah lama mulai mencanangkan sekolah gratis alias terbebas dari iuran SPP untuk pendidikan dasar 9 tahun. Namun pada pelaksanaannya, sejumlah daerah memberlakukan kembali iuran SPP untuk jenjang SMK dan SMA.

Pembebasan iuran SPP ini berlaku apabila sekolah merasa bahwa dana BOS yang didapatkan telah mencukupi. Faktanya, masih ada iuran yang ditarik oleh sebagian sekolah pada wali murid terkait buku dan juga seragam. Iuran inilah yang membuat seorang bocah berusia 6 tahun Vicenro jadi gagal sekolah.

"Ada 3 ruang kelas 1 di SDN 016 Jalan Proklamasi tapi kok nama anak saya tidak ada?" ujar orangtua Vincero, Marwah dikutip dari merdeka.com. Merasa ganjil, Marwah menanyakan hal ini pada guru yang kemudian diarahkan ke kepala sekolah.

Vicenro, bocah 6 tahun yang gagal masuk sekolah karena masalah uang iuran © merdeka.comVicenro, bocah 6 tahun yang gagal masuk sekolah karena masalah uang iuran © merdeka.com

"Begitu saya bertemu (Kepala Sekolah), saya ditanya kenapa kemarin ke Diknas," kisah perempuan berusia 30 tahun tersebut. Marwah memang pergi ke Dinas Pendidikan alasannya dirinya dimintai iuran sejumlah Rp 815.000 tanpa ada rincian untuk apakah biaya tersebut digunakan.

"Saya disodori kuitansi bernilai Rp 815.000 yang harus dibayar di awal masuk sekolah tapi tidak ada rinciannya. Saya ingin tahu rinciannya, transparan," jawabnya.

Rumah Vicenro di Kalimantan Timur, ayahnya hanyalah penjaja mainan keliling © merdeka.comRumah Vicenro di Kalimantan Timur, ayahnya hanyalah penjaja mainan keliling © merdeka.com

Terlepas dari uang iuran tersebut, Vincero memang telah mengikuti proses seleksi penerimaan siswa baru di awal Juli 2017. Vincero dinyatakan lulus dan diterima lalu untuk keperluan administrasi orangtua diminta mendaftarkan ulang anaknya pada tanggal 8 Juli 2017.

"Saya daftarkan anak saya tanggal 8 Juli dibilang terlambat. Loh kok terlambat, kan anak saya lulus seleksi murni. Dijawab kepala sekolah, 'Terserah saya, kan saya yang buat peraturan'," lanjut Marwah.

Marwah mengaku uang sejumlah Rp 815.000 yang dibayarkan tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Dirinya harus berhutang koperasi karena sang suami hanya bekerja sebagai penjaja mainan keliling. Namun di awal masuk sekolah, uang tersebut justru dikembalikan dan Vincero tak jadi sekolah.

(mdk/agt)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search