Selasa, 04 Juli 2017

Kisah Remaja 17 Tahun yang Jadi Kolektor Uang Kuno, Jumlahnya Ratusan

Mulai dari koleksi uang zaman penjajahan Belanda, Jepang, hingga yang paling tua adalah alat barter pada masa kerajaan Sriwijaya. "Saya iseng-iseng liat uang kuno di internet. Lalu, tanya ayah saya. Beliau ternyata ada satu koleksi uang kuno. Setelah itu, saya mulai tertarik terjun ke dunia uang kuno. Saya juga gabung di komunitas Numismatik," kisah Rafi kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group), Minggu (2/7).

Bagi Rafi yang tergolong generasi Z, melihat uang-uang lama yang tak pernah ditemuinya memunculkan ketakjuban tersendiri. Rafi pun mulai mengoleksi dan membeli uang-uang kuno. Belanja pertamanya adalah Rp 20 ribu yang dibayarnya melalui pulsa. "Pertama saya beli itu Rp 10 ribu, ongkos kirimnya Rp 10 ribu. Dapat uang Rp 500 gambar Orangutan sama Rp 100 kapal pinisi. Itu sudah senang sekali," terang Rafi penuh semangat.

Rafi pun makin semangat. Apalagi, saat dia berhasil menjual uang kuno ke Boyolali, Jawa Tengah. Meskipun, total transaksinya hanya Rp 35 ribu, hal ini jadi pemicu semangat utamanya mengembangkan koleksinya. Rafi yang duduk di kelas 2 SMP kala itu, mengandalkan Kartu Pelajar untuk transaksi. Sebab, dia belum memiliki KTP. Sementara untuk transaksi, komunitasnya mengharuskan memiliki identitas jelas.

Tak sebatas jualan, Rafi yang juga aktif sebagai blogger ini, menuangkan tulisan seputar uang kuno ke dalam blog-nya yakni Arjunarafi.com. Sebab, uang kuno tidak sebatas dinikmati. Tetapi, harus paham betul sejarah dan cerita dibalik uang tersebut. Online sudah dirambah, pada tahun lalu Rafi mulai mencoba berjualan langsung. Dengan bantuan dan dukungan orang tuanya, beragam pameran Rafi ikuti. 

Selain hobi, Rafi punya misi mengenalkan uang kuno ke khalayak Samarinda. Animo masyarakat pun dirasa bagus. Tak sedikit pejabat yang juga penasaran dengan koleksi Rafi.

"Pak Jaang (Syaharie Jaang/Wali Kota Samarinda), waktu itu datang ke booth saya. Dia kasih tahu saya koleksi uang Rp 100 kertas miliknya yang lama. Lalu, saya berikan satu gepok uang yang sama. Dia sempat heran. Masyarakat Samarinda sendiri kebanyakan selain untuk koleksi, masyarakat beli untuk mahar nikah," jelas alumnus SMP 5 ini.

Mulai mengoleksi tiga tahun lalu, kini Rafi punya 700-an koleksi uang kuno. Hobinya mengoleksi uang ini pun, membuat Rafi kerap didapuk guru ekonominya di sekolah untuk presentasi masalah uang. Ke depan, Rafi berniat menjadikan usahanya makin besar. Dia ingin memiliki toko uang kuno sendiri. Meski begitu, saat ini Rafi masih aktif di aneka pameran. Banyak pengunjung yang tak percaya Rafi sendiri yang memiliki koleksi tersebut. 

"Kadang ditanya bos saya siapa usaha begini. Saya jawab ya bosnya saya sendiri. Kan punya saya," pungkas siswa yang bakal duduk di Kelas XI SMA 13 Samarinda tersebut. (*/nyc/riz/k18/fab/JPG)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search