Penampilan kisah heroik pada pemerintahan Toddo'limayya di masa silam kembali menghiasai upacara peringatan hari kemerdekaan, di lapangan Pallantikan, Kabupaten Maros (17/8/2017). (KABAR.NEWS/Azis)
KABAR.NEWS, Maros – hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan indonesia tentunya tidak terpisahkan dengan kisah heroik para pejuang terdahulu. Selain mengibarkan sang saka merah putih dalam upacara hari kemerdekaan yang setiap tahunnya diperingati pada 17 agustus.
Di kabupaten Maros sendiri, penampilan kisah heroik pada pemerintahan Toddo'limayya di masa silam kembali menghiasai upacara peringatan hari kemerdekaan, di lapangan Pallantikan, Kabupaten Maros (17/8/2017).
Bupati Maros, HM Hatta Rahman mengatakan, cikal bakal terbentuknya Kabupaten Maros tentunya tidak terlepas dari perananan dan perjuangan para pejuang di kerajaan yang tergabung dalam Toddo' limayya.
"Tadi kita saksikan bahwa di Maros, ada namanya pemerintahan toddolima e, mereka berjuang merebut kemerdekaan di kabupaten Maros. Kerajaan tersebut Juga menjadi cikal bakal terbentuknya kabupaten Maros," kata Hatta Rahman.
Sementara itu, bagi Hatta Rahman, Perayaan HUT proklamasi ini tentunya menjadi hari kemerdekaan atas jasa para pahlawan yang telah membebaskan bangsa indonesia dari belenggu penderitaan, khususnya bagi warga maros. Olehnya itu, ia menegaskan untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dan kontribusi kesejahteraan bagi masyarakat.
"Makna kemerdekaan berarti kita terbebas dari belenggu penderitaan, dan kedua kita diberi tanggung jawab mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang harus memberikan kostribusi kesejahteraan bagi masyarakat," terangnya.
Diketahui, bersatunya lima kerajaan dalam Toddo' limayya, lantaran keinginan masyarakat Maros dalam merebut kemerdekaan dan mengusir para penjajah.
Kisah Toddo'lamayya ini bermula sejak kekalahan Sultan Hasanuddin yang merupakan raja di kerajaan Gowa melawan penjajah. Yang terpaksa menandatangani perjanjian perdamaian pada 18 november 1667 kala itu, yang disebut perjanjian cappaiyya ri bungayya atau dikenal dengan sebutan perjanjian bungayya.
Pasca kekalahan Sultan Hasanuddin, di marusu (maros) sendiri, Belanda memecah kerajaan menjadi beberapa perkampungan atau yang dikenal dengan sebutan distrik, seperti Bontoa, Tanralili, Turikale Simbang, Raya, Lau dan lainnya.
Melihat kondisi yang kian memperihatinkan, dimana negeri marusu berada ditangan para penjajah. di masa pemerintahan lamamma daeng marewa membentuk suatu wadah persatuan yang disebut toddo' limayya untuk merebut kembali kemerdekaan dan melawan intervensi belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar