
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina
TRIBUNJABAR.CO.ID, SUMEDANG - Akibat air di waduk Jatigede surut, kedalaman waduk menjadi berkurang delapan hingga sepuluh meter.
Hal tersebut berdampak puing-puing bangunan dari dasar waduk Jatigede yang kembali muncul ke permukaan.
Namun masalahnya, puing-puing bangunan tersebut sangat berbahaya bagi lalu-lalang perahu di waduk tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Ado Kasdi (50), warga Desa Jatibungur, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, ketika ditemui Tribun Jabar di tepian Waduk Jatigede, Minggu (27/8/2017).
"Berbahaya sekali, kalau kena perahu, perahu bisa karam," ujar Ado Kasdi.
Heboh, Video TKW Indonesia Rekam Percobaan Perkosaan oleh Majikannya https://t.co/YU2pVTUNo2 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 27, 2017
Perahu harus ekstra hati-hati ketika berlayar karena puing-puing bangunan yang kembali muncul ke permukaan bisa saja menggores badan perahu dan menyebabkan kebocoran.
Bukan hanya bocor, resiko lainnya adalah bisa saja perahu tersangkut di puing-puing bangunan sehingga tidak dapat melaju lagi.
"Kalau yang tidak hapal wilayah mah, takut, soalnya banyak sekali puingnya, kami saja ini mengikuti jalan kampung, diingat-ingat," ujat Ado Kasri.
Kiranya, yang paling sulit bagi orang tua adalah beradaptasi dengan keadaan yang baru.
Gaya dan cara hidup lama kadung mendarah daging sehingga tak mudah menerima perubahan mendadak.
Seperti yang terjadi pada Abah Tisna (65), warga eks-desa Cipaku yang kini tinggal di desa Pakualam, kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang.
Abah Tisna terpaksa mengubah pola hidup ketika lingkungannya berubah dari yang semula lembah subur Cipaku menjadi genangan waduk Jatigede.
Tapi dia gagal.
Hingga dua tahun berlalu sejak Waduk Jatigede resmi diairi, Abah Tisna belum dapat membiasakan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar