Sabtu, 23 September 2017

Kisah Para ' Macan-macan Loreng Berbaret Merah' Menyelusup ke Daerah Halim yang Penuh ...

BANGKAPOS.COM--Pada pagi buta tanggal 1 Oktober 1965, sementara pasukan Pasopati kembali ke Lubang Buaya membawa Jenderal Yani dan kawan-kawan, pasukan Bimasakti, kekuatan militer yang lain dari G-30-S, telah mencengkeram urat nadi jantung ibukota dengan menduduki posisi strategis di sekitar istana.

Medan Merdeka sebelah selatan dikuasai batalyon 530/Para yang tertipu oleh PKI. Medan Merdeka sebelah utara dan jalan-jalan ke istana di Harmoni telah diduduki oleh batalyon 454/Para yang diperalat G-30-S.

Gedung RRI, Telekomunikasi dan teleon telah berada ditangan Brigade Infanteri I/Jaya, kena tipu Kolonel Albdul Latief.

Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto berdoa di depan peti jenazah almarhum Jenderal Sutojo Siswomihardjo dan enam rekannya yang gugur dalam Peristiwa 1 Oktober 1965.
Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto berdoa di depan peti jenazah almarhum Jenderal Sutojo Siswomihardjo dan enam rekannya yang gugur dalam Peristiwa 1 Oktober 1965. (Kompas.com)

Dan keseluruhan kekuatan militer ini telah berada dalam keadaan siaga dengan senapan dan sangkur terhunus, siap menunggu perintah dari Pusat Markas Komando yang berada di kaki Tugu Monumen Nasional.

Itulah situasi medan dan kekuatan militer Gestapu diibukota yang dihadapi Kostrad pada hari itu. Kostrad yang tanpa menyadarinya, markasnya terletak hanya beberapa ratus meter dari posisi lawan yang begitu kuat dan ketat.

Kostrad yang panglimanya, Mayjen Suharto baru lewat jam 6.30 datang ke markas tanpa pengetahuan sedikitpun tentang apa yang telah terjadi, selain bahwa pagi itu telah terjadi penculikan atas beberapa perwira tinggi Angkatan Darat.

Di bawah ini akan kita ikuti bagaimana Pak Harto bersama-sama perwira-perwira tinggi lainnya dan pasukan mereka, RPKAD dan Siliwangi, setelah melewati saat-saat kritis yang menegangkan, akhirnya berhasil 180 derajat merubah situasi, dengan menetralisir kekuatan militer Gestapu di ibukota dan sekaligus mencerai-beraikan basis pertahanan mereka di Halim.

Analisa situasi
Ketika Pak Harto datang di markas Kostrad Iewat jam 6.30 pagi, beberapa perwira stafnya telah ada di sana.

la segera mengadakan pembicaraan dengan mereka. Tetapi mereka itu ternyata tidak tahu sama sekali tentang peristiwa penculikan jenderal-jenderal.

Pak Harto lalu menghubungi Panglima Kodam Jaya, Mayjend Umar Wira Hadikusumah yang segera datang ke markas Kostrad.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search